Kepadamu ku antarkan surat ini bersama sekeping rindu yang masih tersisa dari pertemuan kita.
Bintang dengan setia menemani purnama disetiap malamnya tiba. Disaat aku pejamkan mata, hanya bisikan lembut angin malam yang aku dengar lebih seksama. Memastikan apakah angin menyampaikan balasan rindu yang aku rasa.
Perempuan itu tidak merindukanmu, begitu bisik pelan angin di telingaku.
Aku menghela nafas seketika dengan mata masih kupejamkan. Tak ingin kubalut luka, ku biarkan dia terus menganga. Begini rasanya ternyata, bisikku. Diatas sana, mungkin purnama sedang meledekku walaupun ada rasa iba. Yang kulakukan kini adalah sia-sia. Kamu tersenyum kemudian tertawa lepas oleh leluconku, dulu. Kamu yang bawel, kamu yang bahkan tidak pernah benar-benar marah, kamu yang pengertian, kamu yang berusaha selalu ada untukku. Kamu yang ku hadirkan dibenakku saat masih kupejamkan mata. Kamu yang aku kecewakan oleh egoku. Ah, begini rasanya ternyata, bisikku lagi. Ku biarkan luka ini semakin menganga, agar aku tahu apa yang kamu rasa, dulu.
Semua hal sudah terlambat, aku hampa. Namun baru kini aku tersadar.
Maaf...
Perlahan ku buka mata, disaat bersamaan aku melihat senyum hangat yang aku rindu tertuju padaku.
"Aku juga rindu..."
Detik berikutnya aku tahu, aku masih pada khayal ku. Kamu meninggalkan sepi disana, aku semakin hampa.
Ditulis oleh : @dsadissa
Diambil dari http://dissa-elvaretta.blogspot.com
No comments:
Post a Comment