25 January 2013

Melupakan Tidak Selalu Baik


Ternyata melupakan tidak sebaik yang aku kira.

Saat itu, entah siapa yang menyetujui terlebih dahulu, kita mengakhiri predikat teman hidup yang sering dibangga-banggakan kepada orang lain. Setelah segala perselisihan kecil yang terselesaikan, membuat lebih erat. Ya, setelah semua itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi, aku tidak menahu, mungkin lebih baik memang tidak tahu.

Kamu tahu rasanya tertolak itu? Sedih. Sedih. Sedih. Sedih. Sedih.

Sedih.

Iya, sedih yang sangat sedih.

Lalu kamu pergi, begitu saja, dan mendekati wanita yang senang memamerkan lekuk tubuh dan menggoda para pria. Sedangkan aku, menunggu dan meracuni diri bahwa kamu akan kembali, nanti.

Satu jam. Dua jam. Satu hari. Satu minggu. Satu tahun. Kamu tidak kunjung kembali juga. Tiada kabar.

Sedikit banyak aku berterimakasih kepada kesibukan yang membuatku terfokus pada hal lainnya. Ah ya, aku juga mencoba untuk melupakan, dan itu berhasil, rupanya.

Tetapi, melupakan bukanlah hal yang baik, kukira. Aku terlalu bersemangat melupakan, bahkan aku lupa rasanya mencintai, sedih, hingga cara untuk tersenyum tulus. Buruknya, aku melupakan perasaan, tapi tidak dengan kejadian.

Ah, untuk segala kicauan ini, mari kita masuk ke bagian akhir sekaligus inti.

Maukah kau menjawab hal ini: bagaimana aku bisa merindu dan tidak lupa denganmu, padahal sekalipun kita tidak pernah bersama di suatu tempat?


Oleh @ydkzk
diambil dari http://ydkzk.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment