25 January 2013

Surat Untuk Pulang

Hay pulang,

Selalu ada perenungan panjang untuk mengenal kata pulang. Begitupun aku mungkin juga dirimu, bisa jadi dia dan mereka.

Kamu pulang ke kotamu, dan aku pula. Aku dan kamu dalam ruang – ruang ini, yang sama sekali tidak pernah ingin kita kembali pulang. Dulu sekali aku dan kamu tidak pernah berbicara soal kepulangan, aku dan kamu hanya sibuk soal sekarang. Katamu masa depan itu jawaban, bukan untuk janjikan. Hingga akhirnya aku memang sama sekali tidak ingin memiliki dugaan.

Perenungan panjang untuk mengenal kata pulang saat aku dan kamu sama – sama enggan untuk mempertanyakan. Keangkuhan dalam keengganan itu menjadikan kata pulang menjadi tak terkatakan. Hanya kebisuan dan ketukan yang menjadi asumsi adanya keberadaan. Bukan pula aku, tapi juga kamu melakukan yang sama. Kita memang terlalu seragam meskipun katamu tak pernah ada kesamaan. Mungkin hanya kebetulan.


Perenungan panjang untuk mengenal kata pulang adalah keabadian. Abadi untuk tidak akan pernah lagi mencari arti kamu untuk kepulangan.

Perenungan panjang itu akhirnya membawaku akan satu pemaknaan, pulang adalah datang untuk bersalaman. Sekedar saling jumpa bukan mengatakan, tapi memberi tanda aku tidak pulang aku hanya datang.

Pulang, bukan buku dengan coretan. Bukan pula bernama kenangan. Pulang yang kuinginkan adalah keabadian. Dan, bukan perulangan.

Hey Pulang.

00.43

24/1

Arfika



Oleh @arfikapertiwi
Diambil dari http://www.arfika.com

No comments:

Post a Comment