25 January 2013

Namaku Cinta

Dear, hari ini aku mau cerita, tentang seorang teman yang memaksa untuk setia pada pasangannya.
Padahal, pasangannya ga baik-baik amat.
Suka mukul, ngomong kasar, jarang tepat janji.

Kata teman itu, memang begitu seharusnya cinta. Menemani bukan hanya pada saat baik, tapi juga pada saat buruk.
Tapi, aku kok ga pernah dengar dia cerita yang baik, ya?
Malahan aku lebih sering lihat dia biru-biru, sakit punggung, atau tiba-tiba muncul dengan mata bengkak.

Lalu ingatanku melayang pada perjanjian kita bertahun lalu.
Aku bilang, sekali saja kamu berani pukul aku, kita pisah.
Kamu bilang, oke!
Maka, aku pegang ucapanmu, dan kita menikah.

Dear, soal konsep cinta ini, sebenarnya aku juga kurang paham.
Pecinta semestinya mendulukan kebahagiaan pasangannya, atau kebahagiaannya sendiri.
Apakah wajar jika dalam perjalanannya nanti, cinta menyakiti satu atau dua?

Kadang, ada haru saat melihat pecinta sabar menunggui pasangannya yang kepala batu.
Prinsip mereka kira-kira begini. “Air saja, jika menetes terus-menerus, akan melubangi batu”.
Tapi kalau dipikir, air kan tak mengenal sakit, ya.
Sedang mereka, bisa saja kelelahan dan mati dalam harapan.

Dear,
Namaku cinta.
Aku berjanji,
tak membuatmu terluka.


Oleh @atemalem
Diambil dari http://rehatemalem.wordpress.com

No comments:

Post a Comment