18 January 2013

Surat #DuaHati @dhanzo dan @fristia

Tiga Lingkaran Waktu

Singapura, 16 Januari 2013

Dear Fristia,

Aku akan membantumu mengingat tentang Ubud, Tia. Aku akan menceritakan tentang seorang wanita yang memakai kebaya berwarna putih, dengan beras di keningnya. Wanita itu adalah kamu yang sedang bersembahyang dengan sesaji dan dupa di merajan. Ketika itu pula aku mengabadikannya di kamera dan kau melirikku malu-malu.

Kita berkenalan dan mengobrol tentang siapa kamu, tentang aku, tentang warna kesukaan, band favorit, tentang apakah hantu itu nyata. Sambil menatap hijaunya sawah di sore hari.

Fristia, aku juga akan membantumu mengingat Ubud saat kita berjalan di pematang sawah milik pak Ketut, baru kemarin aku menelpon bertanya apa kabarnya. Ia menitipkan salam buatmu, bertanya “apakah ia sudah menjadi dokter seperti aku?” Tentu saja kujawab “sudah” ia menjanjikan jika kita kembali ke sana, akan membuatkan ayam panggangnya yang lezat, benar-benar orang yang baik dan sederhana.

Iya aku tahu kamu akan menduakan waktuku dengan pasienmu. Aku masih memilih menikmati jalan-jalan selagi muda, Tia. Tapi kamu masih muda dan sukses lebih dahulu tentunya, aku membayangkan menjadi adik kelasmu, apakah kau masih berani menyuruhku?

Malam ini random sekali, di radio tiba-tiba ada backstreet boys. Kamu banget.

Cepat sembuh dari pilek ya, makan yang banyak, minum obat teratur. Aku ngga mau kamu nanti sakit.

Sincerely,
Dhanang



Oleh @dhanzo untuk @fristia
Diambil dari serigalasalju.wordpress.com


---



Surat balasan @fristia untuk @dhanzo


Hanya Kita Yang Tahu

Denpasar, 17 Januari 2013

Dear Dhanang,

Ya, aku ingat hari itu. Sore yang tenang di Ubud, kepulan wangi asap dupa dan suara jepretan dari kamera besarmu (tidakkah terlalu berat untuk dibawa kemana-mana?). Kau orang asing yang bukan hanya mencuri gambar dan perhatianku.

Ketika itu kamu dokter yang baru lulus dan sedang berlibur, sedangkan aku dokter muda yang sedang bertugas di Puskesmas Ubud. Lucu sekali waktu kita berkenalan, “Lho, anak kedokteran juga toh?” Katamu dengan logat Surabaya yang kental. Lalu kita tertawa, menertawakan kebodohan masing-masing (kok mau-maunya jadi dokter).

Ubud memang tempat untuk jatuh cinta lagi, beristirahat dari masa lalu atau sebagai tempat pelarian hati. Aku selalu ingin kembali ke sana, Dhan. Selain karena ayam panggang Pak Ketut yang memang super enak, aku rindu suasananya. Alam hijau, udara segar dan sore panjang yang kita habiskan dengan tenggelam di buku masing-masing.

Semua adalah pilihan, bukan salahmu lebih memilih menikmati hidup dan aku mengejar cita-cita. Ubud masih di tempat yang sama, hanya kita yang tahu kapan saatnya untuk kembali.

Kamu masih ingat dengan Backstreet Boys? Bukannya kamu selalu menertawakan boyband favoritku? Too cheesy, katamu. Tapi kamu sebetulnya tahu, aku adalah wanita yang sederhana seperti itu.

Kamu tenang saja, aku pasti sudah sehat saat kamu ada di Bali. Just don’t make me wait any longer, okay?

Salam sayang,
Fristia.


Diambil dari fristiaindarini.wordpress.com

No comments:

Post a Comment