18 January 2013

Mungkin Nanti Akan Ada Peluk dan Senyum Penuh Dukungan


Kepada Nadia, cinta yang tak perlu diucapkan.

          Untuk Nadia, satu-satunya kakak dan saudara yang kupunya selama ini. Kurasa tidak perlu diucapkan, tapi biar kuberitahu, aku cinta kamu. Sebetulnya agak lucu aku menulis ini karena jenis persaudaraan kita bukanlah jenis yang dibalut dengan kata-kata manis atau pelukan erat jika salah satu dari kita sedang bersedih. Persaudaraan kita lebih seperti sahabat yang tidak perlu melibatkan fisik.

          Anehnya, meski kita hanya berbeda 17 bulan dan aku berhenti memanggil kamu dengan sebutan ‘kakak’ dan lebih memilih memanggil nama kamu langsung, aku merasa justru umur kita terasa begitu jauh. Aku, yang masih sering bersikap kanak-kanakkan merasa kamu adalah kakak yang berpikir rasional terhadap apapun.

          Untuk Nadia, kakak yang bersama-sama denganku selama tujuh belas tahun ini, aku mensyukuri kehadiran kamu sebagai kakakku. Kita, yang selalu diajarkan untuk berbagi oleh Papa dan Mama, yang seringnya lebih banyak bertengkar untuk hal-hal sepele karena keegoisanku, yang tak segan-segan kupukul jika kamu menggodaku dengan berlebihan, yang selalu memainkan jarinya di dalam pusarku ketika kecil dulu, yang kuingat kamu menangis meraung-raung ketika Mama membuang guling kesayanganmu yang dekil itu, yang selalu tidur bersisian denganku sampai hari ini.

          Kita sudah mulai dewasa dan semakin hari semakin jelas bahwa kesukaanku bertolak belaka dengan kesukaan kamu. Kamu lebih mengandalkan otak kirimu dan belajar seperti jenius untuk menggapai nilai tertinggi untuk membanggakan Papa dan Mama, sementara aku, di sisi lainnya lebih mengandalkan otak kananku yang bekerja untuk membanggakan Papa dan Mama.
          Dalam kehidupan remajaku, terima kasih kamu sudah ada dan memberiku nasihat-nasihat mengenai apa yang seharusnya kupilih dan yang seharusnya kulakukan untuk masa depanku. Terima kasih untuk mau berbagi semua pikiran positif meski kadang aku menyanggahnya dengan opiniku sendiri.

          Kita sudah semakin dewasa dan aku merasa kita jauh lebih dekat dari sebelumnya. Meski tanpa pelukan mendukung, meski tanpa senyum bangga, meski tanpa kata-kata yang membesarkan hati, tapi kita tahu kita lebih dekat dari apapun.

          Untuk Nadia, kakak yang kukagumi semangatnya untuk lebih baik, yang selalu tidur larut demi mendapat nilai terbaik, yang terlambat makan dan bilang ‘nanti’ ketika Papa, Mama, dan aku makan malam, yang selalu kupinjami uangnya dan tak pernah kukembalikan. Terima kasih untuk berjalan bersamaku dalam perjalanan menjadi dewasa.

          Meski terkadang aku kesal karena kita berbeda hobi, tapi aku sayang kamu. Lebih dari apapun dan aku mengharapkan yang terbaik untuk kamu. Semoga segala perjuangan kamu, segala pelajaran yang sudah susah payah kamu pelajari, berguna untuk masa depan kamu. Kita harus berhasil, Nad, karena itu yang diharapkan Papa dan Mama. Ayo kita buat mereka bangga dengan cara kita masing-masing.

          Semoga kamu bahagia di masa depan dan kita masih akan menjadi kakak-adik yang saling mendukung tanpa perlu diucapkan. Kita masih akan menjadi kakak-adik yang bertukar cerita dan ide-ide gila yang tak pernah sempat dilakukan.

          Karena kamu jarang membicarakan kisah cinta kamu, kuharap kamu mendapatkan priamu yang paling baik nanti. Jangan terlalu memaksakan diri, kamu sudah kurus kering seperti itu. Apapapun itu yang ingin kamu raih, utamakan lah kesehatan kamu, karena Papa dan Mama hanya akan khawatir dan tidak akan mengizinkanmu melakukan apapun itu karena fisikmu itu.

          Kepada Nadia, kudoakan kamu segalanya untuk masa depan kamu. Tentu saja aku tidak harus mengucapkan itu kepada kamu, Kak :)
With Love,
Anjani


Oleh @anjanif
Diambil dari http://anjanif.tumblr.com

No comments:

Post a Comment