Kepada Nadia, cinta yang tak perlu diucapkan.
Untuk Nadia, satu-satunya kakak dan
saudara yang kupunya selama ini. Kurasa tidak perlu diucapkan, tapi
biar kuberitahu, aku cinta kamu. Sebetulnya agak lucu aku menulis ini
karena jenis persaudaraan kita bukanlah jenis yang dibalut dengan
kata-kata manis atau pelukan erat jika salah satu dari kita sedang
bersedih. Persaudaraan kita lebih seperti sahabat yang tidak perlu
melibatkan fisik.
Anehnya, meski kita hanya berbeda
17 bulan dan aku berhenti memanggil kamu dengan sebutan ‘kakak’ dan
lebih memilih memanggil nama kamu langsung, aku merasa justru umur kita
terasa begitu jauh. Aku, yang masih sering bersikap kanak-kanakkan
merasa kamu adalah kakak yang berpikir rasional terhadap apapun.
Untuk Nadia, kakak
yang bersama-sama denganku selama tujuh belas tahun ini, aku mensyukuri
kehadiran kamu sebagai kakakku. Kita, yang selalu diajarkan untuk
berbagi oleh Papa dan Mama, yang seringnya lebih banyak bertengkar untuk
hal-hal sepele karena keegoisanku, yang tak segan-segan kupukul jika
kamu menggodaku dengan berlebihan, yang selalu memainkan jarinya di
dalam pusarku ketika kecil dulu, yang kuingat kamu menangis
meraung-raung ketika Mama membuang guling kesayanganmu yang dekil itu,
yang selalu tidur bersisian denganku sampai hari ini.
Kita sudah mulai
dewasa dan semakin hari semakin jelas bahwa kesukaanku bertolak belaka
dengan kesukaan kamu. Kamu lebih mengandalkan otak kirimu dan belajar
seperti jenius untuk menggapai nilai tertinggi untuk membanggakan Papa
dan Mama, sementara aku, di sisi lainnya lebih mengandalkan otak kananku
yang bekerja untuk membanggakan Papa dan Mama.
Dalam kehidupan
remajaku, terima kasih kamu sudah ada dan memberiku nasihat-nasihat
mengenai apa yang seharusnya kupilih dan yang seharusnya kulakukan untuk
masa depanku. Terima kasih untuk mau berbagi semua pikiran positif
meski kadang aku menyanggahnya dengan opiniku sendiri.
Kita sudah semakin
dewasa dan aku merasa kita jauh lebih dekat dari sebelumnya. Meski tanpa
pelukan mendukung, meski tanpa senyum bangga, meski tanpa kata-kata
yang membesarkan hati, tapi kita tahu kita lebih dekat dari apapun.
Untuk Nadia, kakak
yang kukagumi semangatnya untuk lebih baik, yang selalu tidur larut demi
mendapat nilai terbaik, yang terlambat makan dan bilang ‘nanti’ ketika
Papa, Mama, dan aku makan malam, yang selalu kupinjami uangnya dan tak
pernah kukembalikan. Terima kasih untuk berjalan bersamaku dalam
perjalanan menjadi dewasa.
Meski terkadang aku
kesal karena kita berbeda hobi, tapi aku sayang kamu. Lebih dari apapun
dan aku mengharapkan yang terbaik untuk kamu. Semoga segala perjuangan
kamu, segala pelajaran yang sudah susah payah kamu pelajari, berguna
untuk masa depan kamu. Kita harus berhasil, Nad, karena itu yang
diharapkan Papa dan Mama. Ayo kita buat mereka bangga dengan cara kita
masing-masing.
Semoga kamu bahagia di
masa depan dan kita masih akan menjadi kakak-adik yang saling mendukung
tanpa perlu diucapkan. Kita masih akan menjadi kakak-adik yang bertukar
cerita dan ide-ide gila yang tak pernah sempat dilakukan.
Karena kamu jarang
membicarakan kisah cinta kamu, kuharap kamu mendapatkan priamu yang
paling baik nanti. Jangan terlalu memaksakan diri, kamu sudah kurus
kering seperti itu. Apapapun itu yang ingin kamu raih, utamakan lah
kesehatan kamu, karena Papa dan Mama hanya akan khawatir dan tidak akan
mengizinkanmu melakukan apapun itu karena fisikmu itu.
Kepada Nadia, kudoakan
kamu segalanya untuk masa depan kamu. Tentu saja aku tidak harus
mengucapkan itu kepada kamu, Kak :)
With Love,
Anjani
Oleh @anjanif
Diambil dari http://anjanif.tumblr.com
No comments:
Post a Comment