18 January 2013

Surat #DuaHati @estipilami dan @idrchi


Surat (Pem)Balasan

Entah di hati siapa, 16 Januari 2013
Dear Indri,
yang tidak pernah lelah menunggu sang separuh hati.
Oh, bukan hanya cuaca hati. Muka juga tampak lebih bersinar, biar keliatan lebih muda dan menjadi pantas kalo suka sama brondong, In. Eh, aku malah buka aib, ya? Yaudahlah gpp, daripada nggak ada satupun yang mau buka.
Seandainya kamu tahu, saat membacanya aku bukan hanya senyam-senyum sendiri. Cengiranku sudah sepanjang telinga, mataku memicing tajam, tanganku saling mengepal dan otakku berpikir bagaimana caranya memperlakukanmu dengan cara yang sama. Bukankah aku teman yang cukup adil, In? *tersenyum palsu*
Entahlah ini skenario milik Tuhan atau aku hanya memang sedang menuliskan kisah hidup sesuai dengan kemauanku sendiri. Terkadang, ketika menyadari bahwa kita jatuh hati pada yang levelnya lebih tinggi, bukankah perlahan-lahan kita menjadi seperti rendah diri? Begitulah, In. Aku seperti sedang mengagumi seseorang yang hanya pantas untuk aku kagumi, bukan aku miliki. Dia hanya kumpulan segala sesuatu yang sempurna, sedangkan aku terkesan biasa saja. Ke manapun kisah ini akan membawaku, yang jelas aku tidak akan pernah lupa membawa logika dan kenyataan turut serta. Sebab mereka salah dua yang bisa menamparku seketika.
Kuharap kamu bukan saja berhenti menengok ke arah belakang. Tapi juga berhenti memberi waktu pada masa lalu untuk menujumu, sementara kamu hanya akan membiarkan dirimu menunggu. Ambil saja langkah yang baru, lalu jalani perjalananmu yang akan begitu berbeda itu, In. Terkadang, bukan sakit hati di masa lalu yang menyebabkan segala air mata menetes. Tapi kita terlalu pintar mengingat segala kenangan, lalu menghadirkan kesedihan. Sesekali bahagiakan hatimu, karena kamu pantas untuk merasakannya, bahkan setiap waktu.
Bilang pada skripsimu, jangan berjalan terlalu lambat, biar itu menjadi permasalahan kita dalam bertemu jodoh saja, jangan ikut-ikutan. *JEDEERR*
Masalah London, entahlah. Aku baru saja mendapat masalah baru yang enggan kuceritakan, baik padamu, Pefih, maupun sahabat yang lain. Sebab bukankah terlalu sulit untuk menceritakan kabar buruk? Doakan saja, semoga semuanya akan dilancarkan. Benarkah kamu ingin melihat langsung senyumku saat membicarakan dia? Bukan ingin membullyku bersama Pefih, seperti yang selama ini selalu kalian lakukan? *drama*
Terima kasih, In. Dan aku tahu, Tuhan juga sudah terlalu baik untuk kita. Kamu pun, berusahalah membuka mata dan hati. Agar kamu tahu siapa yang hendak datang bertamu ke hidupmu. Jangan terlalu sering kelilipan masa lalu, In. *ngilang*
Kecupeluk tanpa henti,
Esti
           


Oleh: @estipilami untuk @idrchi
Diambil dari: http://estipilami.tumblr.com/

---

Tentang Hari Ini

Bandung, Januari hari tujuh belas, 2013
Teruntuk,
Esti
Yang paling sewot jika dibilang jagonya mencintai diam-diam.

Hai, kamu..
Sudah sampai mana kangennya? Masih mentok di dia aja? X) *dikeplak*
Ti, yang selalu aku yakini, hidup memang serangkaian pilihan. Dan ketika Tuhan mendatangkan seseorang yang baru dalam hidup kita, berarti Tuhan juga sedang bertanya; akankah ia diizinkan masuk, ataukah tidak?
Sama halnya dengan ia yang ada dalam pikiranmu saat ini. Di matamu, ia datang lewat sekumpulan kebetulan saja. Padahal kitapun tak pernah tahu, barangkali memang Tuhan sudah merencanakan segalanya sejak lama. Kamu hanya perlu menjawab pertanyaan Tuhan; akankah kamu mengizinkan ia masuk ke dalam hidupmu, ataukah tidak? Akankah selamanya ia kamu anggap sebagai kebetulan belaka, ataukah menjadi serangkaian rencana yang mengarah kepada kebaikan?

Kamu yang bisa memutuskan, Ti. Tuhan hanya memberi pilihan dan jalan. Dan aku, bantu mendoakan. :)

Bicara masalah hati, siang tadi aku bertemu seseorang. Kali ini bukan tentang stock lama. Ini tentang kenalanku sejak semester awal perkuliahan. Sebut saja namanya Awan. Beberapa jam yang lalu, aku bertemu dengannya di perputakaan kampus. Dan rasa itu muncul kembali, Ti. Rasa gelisah yang menyenangkan. Rasa penasaran ingin menyapa, namun lidah terlalu kelu untuk bicara.

Aku dan Awan pernah berkenalan. Dulu, kebetulan kami satu kepanitiaan acara kampus. Sejak pertemuan pertama, rasa gelisah itu sudah ada. Awan seperti punya magnet superkuat pada sekujur tubuhnya. Auranya memaksa panca inderaku mendekat dan melekat. Pun, hal yang serupa terjadi siang tadi di perpustakaan. Duh, Ti.. Aku rindu rasa bahagia semu seperti ini. Bersyukur sekali Tuhan menghadiahkan Awan sebagai santapan hati yang lapar karena sepi. :p

Ah, ya. Aku turut sedih mengetahui kabar mengenai London-mu. :’| Tapi, London tak akan ke mana-mana, Ti. Yakinlah, jika memang usahamu menyentuh lenganNya, Dia pasti memberikan jalan yang lapang. Mungkin doamu belum cukup kuat menopang usahamu, atau sebaliknya. Tetap percaya, Ti. Jangan menyerah. Mimpi itu hanya akan menjadi mimpi, jika kita tak pernah total mengusahakannya. Semangat terus mengejar London! :”D

Yang berencana memimpikan Awan sambil mendoakan kamu sebelum tidur,
Indri.

Surat balasan dari @idrchi untuk @estipilami
Diambil dari: http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/

No comments:

Post a Comment