Selamat siang, Tuan Muda,…
Heii, aku menuliskan surat ini sambil ditemani oleh suara hujan yang membasahi kaca jendela kamarku… Mendadak, semua melodrama kenangan tentangmu mulai masuk satu persatu… Lagi…
Disinilah aku, dengan sejuta kenangan tentangmu…
Masih ingat Halte itu? Tempat dimana kamu selalu menungguku setiap kali selesai kuliah. Dengan sabar dan tanpa keluhan, kamu setia menungguku disana, meski aku sering terlambat datang menemuimu…
Lalu, bangku taman pelataran parkir mobil? Dimana tempat kita duduk untuk sekedar memutuskan sebuah pilihan. Mau kemana kita seusai perkuliahan berlangsung? Makan siang, atau langsung pulang. Lucu ya kita? Tidak pernah bisa dengan cepat memutuskan sebuah pilihan. Kamu yang selalu bertanya, aku mau kemana, dan aku yang selalu menjawab, terserah kamu saja.
Koridor kelas, gedung C, yang biasa kita lalui sama sama setelah dari kantin. Seolah menjadi saksi, banyak canda tawa yang kita lewati di koridor tersebut. Juga kantin atas, tempat kamu menggangguku ketika aku sedang mengerjakan tugas kuliah Metodologi Penelitian. Tangan jahilmu selalu mendarat di pipiku, atau secara cepat kamu melingkarkan tanganmu itu di pinggangku. Barulah setelah itu kamu pergi mencari bangku kosong lainnya untuk kau tempati bersama teman-temanmu. Aku hanya menanggapimu dengan seadanya.
Ruang kelas, meskipun tidak terjadi interaksi yang signifikan diantara kita, aku masih ingat betul bagaimana kamu, diam-diam mencuri pandang ke arahku. Yang kemudian, mata kita saling bertemu dalam diam.
Kita memang jarang berkomunikasi atau bercengkerama secara bebas ketika di kampus. Aku dan kamu memang sama-sama saling menjaga dari gunjingan orang lain. Namun setelah itu, kita bisa bebas berbicara apa saja.
Kamu ingat? Bagaimana awal kita dekat? Agak klise memang, karena satu tugas kelompok, kamu dan aku saling mengenal. Lebih tepatnya aku yang mulai mengenalmu. Kenyamanan pun perlahan muncul.
Kamu selalu heran, mengapa aku sangat menyukai wangi tengkukmu. Setiap kali jika aku ada di belakangmu, aku pasti selalu mencuri waktu untuk menghirup aroma tubuhmu itu. Rasanya tak pernah bisa digambarkan dengan kata-kata.
Disinilah aku, dengan sejuta kenangan yang menyeruak masuk persis hujan hari ini yang mendadak turun dan tak jua reda. Seperti itulah rinduku padamu, yang tak pernah kamu tahu betapa rindu ini sungguh sangat menyiksa.
Aku rindu berdebat denganmu. Aku rindu menemanimu bermain kegemaranmu. Aku rindu ada di pelukanmu. Aku rindu menghabiskan waktu denganmu meski hanya sekedar menemani makan siang, atau makan malam. Aku rindu semua masa masa indah itu. Bisakah, satu jam saja, kita mengulang kembali masa-masa itu?
Cheers
-artnda
Oleh : @artnda
Diambil dari http://artnda.tumblr.com
Heii, aku menuliskan surat ini sambil ditemani oleh suara hujan yang membasahi kaca jendela kamarku… Mendadak, semua melodrama kenangan tentangmu mulai masuk satu persatu… Lagi…
Disinilah aku, dengan sejuta kenangan tentangmu…
Masih ingat Halte itu? Tempat dimana kamu selalu menungguku setiap kali selesai kuliah. Dengan sabar dan tanpa keluhan, kamu setia menungguku disana, meski aku sering terlambat datang menemuimu…
Lalu, bangku taman pelataran parkir mobil? Dimana tempat kita duduk untuk sekedar memutuskan sebuah pilihan. Mau kemana kita seusai perkuliahan berlangsung? Makan siang, atau langsung pulang. Lucu ya kita? Tidak pernah bisa dengan cepat memutuskan sebuah pilihan. Kamu yang selalu bertanya, aku mau kemana, dan aku yang selalu menjawab, terserah kamu saja.
Koridor kelas, gedung C, yang biasa kita lalui sama sama setelah dari kantin. Seolah menjadi saksi, banyak canda tawa yang kita lewati di koridor tersebut. Juga kantin atas, tempat kamu menggangguku ketika aku sedang mengerjakan tugas kuliah Metodologi Penelitian. Tangan jahilmu selalu mendarat di pipiku, atau secara cepat kamu melingkarkan tanganmu itu di pinggangku. Barulah setelah itu kamu pergi mencari bangku kosong lainnya untuk kau tempati bersama teman-temanmu. Aku hanya menanggapimu dengan seadanya.
Ruang kelas, meskipun tidak terjadi interaksi yang signifikan diantara kita, aku masih ingat betul bagaimana kamu, diam-diam mencuri pandang ke arahku. Yang kemudian, mata kita saling bertemu dalam diam.
Kita memang jarang berkomunikasi atau bercengkerama secara bebas ketika di kampus. Aku dan kamu memang sama-sama saling menjaga dari gunjingan orang lain. Namun setelah itu, kita bisa bebas berbicara apa saja.
Kamu ingat? Bagaimana awal kita dekat? Agak klise memang, karena satu tugas kelompok, kamu dan aku saling mengenal. Lebih tepatnya aku yang mulai mengenalmu. Kenyamanan pun perlahan muncul.
Kamu selalu heran, mengapa aku sangat menyukai wangi tengkukmu. Setiap kali jika aku ada di belakangmu, aku pasti selalu mencuri waktu untuk menghirup aroma tubuhmu itu. Rasanya tak pernah bisa digambarkan dengan kata-kata.
Disinilah aku, dengan sejuta kenangan yang menyeruak masuk persis hujan hari ini yang mendadak turun dan tak jua reda. Seperti itulah rinduku padamu, yang tak pernah kamu tahu betapa rindu ini sungguh sangat menyiksa.
Aku rindu berdebat denganmu. Aku rindu menemanimu bermain kegemaranmu. Aku rindu ada di pelukanmu. Aku rindu menghabiskan waktu denganmu meski hanya sekedar menemani makan siang, atau makan malam. Aku rindu semua masa masa indah itu. Bisakah, satu jam saja, kita mengulang kembali masa-masa itu?
Cheers
-artnda
Oleh : @artnda
Diambil dari http://artnda.tumblr.com
No comments:
Post a Comment