Senjaku di Matamu
Teruntuk seseorang yang cantiknya melebihi dewi aphroditeBerterima kasihlah pada burung-burung camar yang sengaja membawakan suratmu untukku disaat senja, meskipun surat itu terjatuh di Rig Floor, sempat dimarahi bos tadi. hehehe.
Badai disini cukup ganas, sayang. ombak setinggi 4 meter kadang membentur besi kokoh ini, menggoyangkannya hingga kadang bergeser 1 derajat dari asalnya. Petirnya dan anginnya pun sangat kencang, menakutkan kami para pekerja, ah tapi aku lebih takut kehilanganmu akibat bentangan selat yang menjauhkan kita, jangan ya. Kamu masih mau bersabar kan untuk kebaikan kita?
Sayang, ditempatku memang memiliki pandangan senja terbaik, matahari turun diantara celah-celah menara pemboran. Tapi apalah arti senja jika jemariku tidak menggenggam sela-sela jemarimu? apalah arti senja jika pandanganku hanya tertuju pada bayanganmu? jarak ini menjadikan senja seakan kurang menarik, perlu adanya dirimu untuk membuat itu sempurna. Aku jadi teringat pertama kali kita melihat senja di puncak gunung purba, aku ketinggalan melihatnya, senjanya terlanjur habis, nyatanya aku lebih senang melihat matamu yang sayup lemas, fokusmu yang tajam, serta menikmati memelukmu dengan hangat. Iya, aku rindu kamu. Sangat.
Ah, kamu memang wanita hangat penuh kasih sayang dan perhatian, maaf ya aku lupa membawa gelas hadiah darimu itu. Gelas air putihmu selalu terisi penuh setelah kureguk habis. My superhero needs coffee, and a LOT of water too kan, aku selalu ingat pesanmu kok. :)
Kukirim surat ini melalui badai ketika fajar, hanya agar kau tahu rinduku terlampau besar tuk ditahan, cukup rasakan dan dinikmati, kan?
P.S: Parfume mu masih menempel jelas dibajuku saat kamu memelukku di bandara, ga mau aku cuci ah. jorok ya? bodooo. :p
Oleh @yukidalamkurung untuk @tfnyaprdht
Diambil dari yukidalamkurung.tumblr.com
---
Surat balasan @tfnyaprdht untuk @yukidalamkurung
Formula 2™
Kamu jahat. Iya, kamu. Bahkan belum seminggu kepergianmu sudah membuatku tersiksa dengan rindu. Tak peduli tengah malam begini pun rindumu tetap menyergapku tanpa ampun. Sesak rasanya, Sayang, seperti ada biji kedondong menyekat tenggorokanku. Ralat, selusin biji kedondong. Tapi aku sudah berjanji padamu bahwa aku akan kuat kan? :)Ngomong-ngomong soal kopi, aku jadi ingat waktu pertama kali membuatkanmu kopi. Awalnya kamu mengajarkanku cara membuatnya. Formula kopimu. Sedikit pengakuan, ketika itu rasanya aku seperti menjadi pemegang tunggal rahasia negara. Bangga sekali. Sambil merebus air, kau mengisi gelas dengan racikan rahasiamu: gula 2 sendok kecil, kopi hitam 2 sendok kecil pula. Harus gulanya duluan baru kopi. Kemudian air yang sudah mendidih sempurna kau tuangkan hingga sebatas 2 senti dari bibir gelas. Jangan langsung diaduk, katamu. Lalu kuhitung kau menunggu selama kira-kira 2 menit dulu sebelum akhirnya kopi itu kauaduk. Katamu lagi, kopi dengan takaran seperti itu memiliki rasa pahit dan manis yang pas, tidak ada yang mendominasi. Kucatat dalam benak dengan seksama. Aku ingin menjadi agen pembuat kopi Formula 2™ terbaik yang pernah kau punya. Ah iya, aku menamakannya Formula 2™. Harus ada “TM”-nya di pojok atas angka 2.
Kamu bilang kopi buatanku paling enak. Ada rasa khasnya, sengatan listrik kecil di lidah mirip sensasi minum soft drink namun lebih lembut. Sampai sekarang aku pun tidak tahu sebabnya. Maybe it’s just simply my signature :p
Kesayanganku, sore ini dengan rindu yang sama mendidihnya seperti air rebusanku sekarang ini, aku membuat kopi untuk diriku sendiri. Kopi Formula 2™-mu, dengan “tanda tangan”-ku. Setidaknya KITA dapat bertemu, walau hanya dalam secangkir kopi.
Bajumu yang itu biar nanti aku yang cucikan. Makanya, cepat pulang ya :)
Yogyakarta, 17 Januari 2013
Kekasihmu
N.B: kopiku asin. Ah, aku lupa bahwa air mata tidak termasuk dalam racikan Formula 2™.
Diambil dari breakfastattifanys.tumblr.com
No comments:
Post a Comment