18 January 2013

Satu Hari Lagi


Hai Hime,
Hari ini, langit masih mendung dan menumpahkan hujan. Aku dan kamu dengan kekeliruan sisa semalam. Setengah hari berlalu penuh salah paham.

Hari ini, seharusnya penuh senyuman untukmu. Tapi aku malah merusaknya dengan pertengkaran.
Kamu bilang, aku yang marah, aku yang salah paham. Iya, kamu benar, aku yang selalu salah, selalu tidak bisa menerima keputusanmu. Aku tahu, berapa banyak maaf yang sudah terucap pun tidak bisa memperbaikinya (aku tak akan melakukan pembenaran, aku yang salah, aku minta maaf).

Hime,
Maaf untuk semuanya.
Maaf harus di hari ini, satu hari sebelum ulang tahunmu.
Tapi, aku tak mau lagi menjadi alasanmu menjatuhkan air matamu. Sedangkan membahagiakanmu, aku tak tahu lagi caranya.
Aku tak tahu lagi bagaimana cara merengkuhmu.
Entah kamu yang menjauh entah aku yang melangkah mundur.
Bahwa selama separuh lebih perjalanan kita adalah bahagia, namun selama apapun itu, tidak akan pernah ada selamanya. Dan ada kalanya hati diikatkan hanya untuk belajar melepaskan. Mungkin ini saatnya. Sebab hati tahu kapan harus berhenti. (semoga selepas ini, seluruhmu akan lebih baik dari ini)

Satu hari lagi, seharusnya aku menabung rindu dan doa sebanyak-banyaknya untuk hari bahagiamu, bukan air mata.

Hari ini dingin, lebih dingin dari sederas-derasnya hujan (wipe your eyes, Hime).

Pembelamu nomor satu.

P.S: Seharusnya yang kutulis ini adalah surat yang membuatmu tersenyum sesudah membacanya, bukan bersedih. Namun sedih, adalah cara Tuhan mengajarkan cintanya dalam bentuk yang lain bukan?

Oleh @nairhafair
Diambil dari http://ujungsunyi.wordpress.com

No comments:

Post a Comment