01 February 2013

Surat #DuaHati @_KataSandy_ dan @erlinberlin13

Aku penanyamu yang lancang.

"Ya, memang harus aku!". Apa boleh buat? Kelemahanmu sudah mampu kuduga. Tanpa menganggapmu rendah, aku memahami itu.

Pada saat lonceng berdentang dua belas kali di malam tahun baru, yang menandai
peralihan dari bulan Desember ke bulan
Januari, kita mengucapkan selamat tinggal
kepada tahun yang silam dan menyambut
kedatangan tahun yang baru. Sungguh tepat bahwa bulan yang pertama ini disebut
Januari. Dewa bangsa Romawi, Janus, yang namanya digunakan untuk menamai bulan pertama ini, selalu ditampilkan berwajah dua; satu menghadap ke masa lalu dan satu lagi ke masa depan.
Apa engkau ingin menyerupai dia? Apa engkau harus terus bermanis didepanku?

Aku akan terus bertanya, sampai engkau mampu menjawab sendiri pertanyaanmu itu.

Padang kerapuhanmu akan terus coba kusiram, dengan air kehidupan yang akan terus kucoba sirami. Lancang memang, namun harus aku bisa-kan.

Aku, penanyamu yang baik.




Oleh @_KataSandy_ untuk @erlinberlin13
Diambil dari febryansandy.blogspot.com


---



Surat balasan @erlinberlin untuk @_KataSandy

Kunci


Aku pernah membaca beberapa literatur tentang Janus. Dalam bait-bait karya sastra terdahulu, maupun tulisan kontemporer dari penulis masa kini. Satu kali Janus memegang kunci di Labirin milik Daedalus dan memaksa seorang demigod untuk menentukan pintu mana yang akan dia ambil.

Semuanya merujuk pada satu kesimpulan: Pilihan.

Aku yakin setiap orang pernah berada dalam posisi ini: memilih keputusan terbaik. Kupikir, Pilihan itu jahat – iya, seperti Janus. Ketika kita dihadapkan pada dua pilihan baik, kita berubah menjadi rakus dan ingin mengambil dua-duanya. Namun, begitu diberikan dua pilihan buruk, kita enggan dan mencoba untuk menghindar.

Tapi, sudah kubilang, pilih yang terbaik. Januari menyodorkan dua jalan bagiku sebagai penentu ke mana aku akan berpetualang tahun ini. Masih betah dengan kubangan masa lalukah atau menapaki masa depan yang buram tanpa petunjuk. Sebenarnya, aku ingin bergelung pada masa lalu yang menawarkan kehangatan semu.

Itu, sampai aku menangkap bayanganmu di jalur masa depan.

Aku tidak tahu, tapi aku percaya kamu memiliki kekuatan untuk menyeretku pergi dari kukungan masa lalu. Jadi, seandainya Janus tengah mempermainkanku sambil melempar kuncinya ke kanan dan kiri, maukah kamu membantuku untuk menyambar kunci masa depan dari tangannya yang sialan itu?

Karena, kita sudah setengah jalan bersama. Bagaimana aku bisa mundur lagi?



Diambil dari heyerl.wordpress.com

No comments:

Post a Comment