Dear Batavia,
Malam ini begitu kelu. Berita mengegelagar aku terima. Putusan pailit telah dijatuhkan kepadamu. Bagai terbangun dari mimpi, aku terkejut mendengar berita itu.
Sudah selama 5 tahun kita bermitra, saling menguntungkan itulah misi kita. Aku menjualkan produkmu, dan kamu menyediakan fasilitas. Sebuah hubungan kerja yang manis sudah terjalin. Komplain dari customer sudah biasa kita terima, komplain membangun untuk memperbaiki segala sesuatu yang masih kurang.
Waktu 5 tahun sudah berjalan. Tapi kini kamu akan pergi setelah vonis dijatuhkan. Aku berdoa semoga sekian ribu orang yang mencari nafkah secara langsung darimu dapat survive dengan mendapatkan hak-haknya.
Aku berdoa juga semoga sekian ratus orang atau ribuan juga mungkin yang mencari nafkah secara tidak langsung darimu (seperti diriku) dapat dikembalikan juga hak-haknya.
Aku menyayangkan kepergianmu. Orang-orang akan merasa kehilangan beberapa rute yang hanya dilayani oleh dirimu. Walau aku yakin rute-rute tersebut akan digantikan oleh mereka yang berprofesi sepertimu. Tapi siapapun pengganti dirimu yang akan melayani rute yang telah kamu layani tersebut, dirimu tetap mempunyai cerita tersendiri, tersimpan dihati.
Besok siang, tentu akan ramai orang-orang yang datang menanyakan tentang proses refund. Aku saja belum menerima berita secara resmi darimu sebagai mitra bisnis. Apa yang harus kulakukan, proses refundnya seperti apa, semoga besok aku bisa mendapatkan jawabannya.
Selain kamu harus mengembalikan uang ticket customer yang belum berangkat, aku juga masih memikirkan deposit uangku yang lumayan jumlahnya berada di deposit boxmu. Semoga depositku bisa dikembalikan dengan utuh ya. Karena itu adalah uangku, yang aku titipkan kepadamu untuk modal penjualan di system yang dikelola oleh dirimu secara online.
Ah kamu kenapa sih kok bisa begini… Dahulu, kejadian yang hampir serupa sudah pernah terjadi oleh beberapa mereka yang berprofesi sepertimu. Pengalaman proses refund yang ribet menimbulkan huru-hara di kantor mereka. Depositku saja pernah tidak kembali, sampai saat ini belum terproses. Mereka jahat, sebenarnya itu kan bukan hak mereka. Itu kan uangku yang aku titipkan. Harusnya di kembalikan hak-hak orang lain secara teliti dan benar.
Semoga dirimu baik dan gentle ya menjalani ini semua. Semoga semua bisa mendapatkan jalan keluar yang terbaik, buat semua karyawanmu, buat orang-orang sepertiku yang bermitra sama kamu, dan sejumlah banyak calon-calon penumpangmu yang sudah terlanjur membeli produkmu yang belum berangkat.
Beberapa pekan ke depan nanti sekitar di bulan Februari, ada hari besar Imlek bagi saudara-saudara kita yang merayakan. Mereka lho sudah banyak yang memesan produkmu dari beberapa bulan yang lalu. Masalahnya, kebanyakan tujuan mereka itu dilayani hanya oleh dirimu saja. Ah aku ikut bingung membayangkan tentang ini. Bagaimana mereka nanti akan pulang ke kampung halamannya. Malah untuk perayaan Hari Raya Idul Fitri yang nanti di bulan Agustus saja, sudah beberapa orang telah membeli produkmu itu.
Aku berdoa semoga besok suasana terkendali, semua mendapatkan hak-hak mereka tanpa keributan.
Malam ini satu jam lagi tepat jam 00.00, sesuai berita dari berbagai macam sumber, kamu memutuskan semua aktifitasmu. Besok kamu tidak akan terbang lagi.
Semoga semua akan berjalan sesuai dengan yang semestinya.
Melalui surat ini aku katakan bahwa aku menyayangi ini terjadi. Aku suka kamu. Tapi takdir memutuskan kita sekarang. Kisah cinta kita berakhir di Januari.
Semoga semuanya mendapatkan yang terbaik.
iLoVeyOu
Dari aku
Di bibir pantai
oleh @tdsamudra
diambil dari http://awankuputih.wordpress.com
No comments:
Post a Comment