Hei, kamu curang nulis surat duluan. Padahal hari ini aku udah siapin surat buat kamu. Ah, sudahlah, pokoknya suratmu bikin aku terharu banget. Hiks. Surat ini kutulis sengaja tanpa banyak diksi karena kamu gak suka yang banyak diksi, bikin puyeng yah? Hihihi.
Anak Marmut,
Aku gak nyangka ketika Delia memasukkanku ke grup “Writing Writer” bakalan banyak dapet sahabat. Salah satu yang paling istimewa adalah kamu, Li. Ingetkah pertama kita deket banget ketika mulai chat di FB, berlanjut ke BBM? Kamu dengan pribadi yang unik, segar, ceria, dan lucu selalu bikin aku seneng.
Li, kamu hadir di salah satu masa paling kelam dalam hidupku. Menyemangati, setia mendengarkan, dan kamulah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun. Voice Note mu waktu itu berhasil bikin aku nangis lama, ngerasa ada seseorang yang bahagia atas kelahiranku di bumi ini sekalipun kita gak pernah ketemu. Kamu selalu berhasil membuatku merasa “Baik-baik saja” saat aku sebenarnya “Tidak baik”. Kamu menerima kekurangan dan sisi gelapku. Benar-benar sisi yang mungkin gak akan orang lain terima kalau tahu.
Banyak hari yang kita lalui dengan obrolan-obrolan panjang. Dari masalah wanita sampai tulisan. Ketika awal menulis novel ketiga, aku sering kehilangan semangat. Kamu tahu, yang membuatku selalu terpacu adalah ketika membaca tulisanmu. Terserah orang bilang apa ketika membaca bab-bab awal kisah Bella dan Ian. Tapi pertama kali kubaca, aku langsung terpesona. Pesona mereka menghipnotisku untuk tidak berhenti. Percayalah ini bukan gombal. Heuheu, jadi teringat katamu, “Teteh jagoan ngegombal”. Padahal aslinya mana bisa aku ngegombal, Li. Jangan pernah meragukan kemampuan dan usahamu dalam menulis ya, Li.
Ketika novelku selesai dan mendapat penolakan dari penerbit, kamulah yang bersedih. Aku terharu. Li, aku gak akan menyerah kok. Akan terus kuperjuangkan novel itu. Ada sentuhanmu di sana. Sentuhan semangat yang berkobar. Jadi jangan pernah punya niatan berhenti menulis, ya. Karena kamu akan membuat Eva-Eva yang lain juga terus menenun kata. Berbagi pada dunia. Li, kita gak akan berhenti berkarya, kan. Meskipun rencana duet kita tersendat-sendat, tapi kita akan membuatnya jadi nyata. Akan ada namamu dan namaku dalam novel kita.
Li, banyak hari-hari galau kita lewati bersama. Kadang kita meracau di Twitter dan FB, saat itulah, kita selalu saling mengingatkan untuk berhenti menggalau di jejaring sosial. Biarlah kita saling berbagi, tanpa orang harus tahu kesedihan apa yang menimpa kita. Tapi tetap saja kadang kita kehilangan kontrol, ya. Aku ingat satu hari yang menyesakkan, saat kamu sangat bersedih. Li, jangan pernah ngelakuin hal-hal bodoh kayak gitu lagi ya. Aku gak mau kamu pergi. Waktu itu aku benar-benar menyadari bahwa aku gak bisa memelukmu. Persahabatan jarak jauh ternyata sama sedihnya kayak pacaran LDR. Tapi buatku, kamu selalu terasa benar-benar ada. Aku yakin Tuhan mengirimkanmu bukan untuk waktu sebentar. Tapi sampai kita tua nanti. Akan banyak tahun-tahun di depan sana yang akan kita lewati bersama. Salah satu impianku adalah hadir di hari pernikahanmu nanti. Saat kamu bertemu Mr. Right aka Mr. The One and Only.
Li, kamu itu lucu. Selain selalu membuatku tertawa, kamu suka merasa cemburu. Padahal kamu gak usah ngerasa begitu, karena kamu selalu punya tempat sangat istimewa di hatiku. Li, aku tak pernah punya pikiran ingin pergi ke Pontianak sebelumnya. Tapi sekarang aku sangat-sangat-sangat ingin ke sana. Menemuimu. Katamu waktu itu, “Teh, kalau ketemu pasti kita gak bisa diem”. Li, tahukah kamu kalau aku sangat ingin ketemu. Ingin melihat secara langsung kecerewetanmu, dan pasti kita bakalan ketawa sampai kelaparan.
Aku selalu percaya, Li, hari pertemuan itu akan benar-benar datang. Saat aku bisa memelukmu erat.
Ditulis oleh : @evasrirahayu untuk @lia_neyh
Diambil dari https://tamanbermaindropdeadfred.wordpress.com
No comments:
Post a Comment