Peserta Pertama Telah Gugur
Bersama
kepastian yang mantap, 14 Februari 2013
Teruntuk
Indri,
yang
barangkali sedang merayakan hari valentine sendiri.
HAHAHAHA
aku sayang kamu, In :”) *ngebaik-baikkin*
Selamat
hari valentine ya, kamu. Semoga secepatnya dipertemukan dengan seseorang, yang
bisa membawamu pergi jauh-jauh dari lingkar masa lalu.
Ah,
aku punya kabar bahagia. Kemarin, Resa mengajakku untuk bertemu. Pada pertemuan
kami (mungkin untuk) yang terakhir kalinya, aku benar-benar memantapkan pilihan
bahwa ia sudah seharusnya berada pada masa yang sudah lalu. Ia sudah seharusnya
kutimbun bersamaan dengan perasaan yang mulai habis digerogoti waktu. Ia sudah
seharusnya kutinggal tanpa perlu merasa sesal.
Aku
hanya tak habis pikir dengan caranya. Dengan besar kepala ia menanggapi
perhatian demi perhatian, dengan acuh tak acuh ia menanggapi setiap
perlakuan-perlakuan istimewa, kemudian setelah aku membiarkannya pergi, ia
justru kembali lagi, dengan sewujud cinta yang tidak lagi aku damba. Ia justru
kembali dengan permintaan yang tidak bisa kukabulkan. Dan aku merasa malahan
lebih baik kami jauh dan tidak lagi akrab. Dan begitulah, In, kini hanya
tersisa dua, ya? Dan aku masih juga merasa bimbang.
Terima
kasih, untuk selalu ada dan selalu pintar dalam mendukung setiap keputusan, In.
Kini, biarkan aku mengetahui Nuel dan Manu lebih dalam lagi. Sebab seperti yang
pernah kuceritakan, aku tidaklah piawai dalam memilih. Biarlah Tuhan yang pada
akhirnya mengambil alih.
Dari yang
kini sedang bersebelahan persis dengan sepupumu,
Esti.
Oleh: @estipilami untuk
@idrchi
Diambil dari:
http://estipilami.tumblr.com/
---
Manu dan Nuel
Bandung, Februari hari lima belas,
2013
Teruntuk,
Esti
yang akhirnya sudah tak lagi mengalah
pada waktu lampau
Hai, kamu..
Selamat Hari Kasih Sayang juga ya,
Ti.. Semoga kasih kamu selalu ada yang menyayangi, semoga sayang kamu selalu
ada yang mengasihi. :’))
Oke. Berhubung Resa sudah gugur dari
kompetisi, mari kubantu kamu mendapat sedikit pencerahan bagi isi hati.
Sekarang, biarkan aku menegaskan posisi bahwa aku tak berniat menjadikan
siapapun oposisi. Aku netral, akan kucoba memberimu gambaran dua sisi koin—baik
dan buruknya mereka.
Manu, yang selama puluhan tahun aku
mengenalnya sebagai sepupu, belum pernah sekalipun mengecewakan aku. Dengan
surga kecil yang Tuhan titipkan pada senyum ramahnya, aku yakin kamu akan mudah
jatuh cinta. Dan ia adalah teman bicara yang sangat menyenangkan. Cerdas,
wawasannya luas. Bicarakan apa saja yang ada dalam pikiranmu, pasti ia tahu
cara menanggapinya. Yang barangkali kelak kamu kurang menyukainya, perihal
sifatnya yang seringkali malas. Karena menyadari kemampuan dan kecerdasannya,
Manu tak jarang jadi pemalas dan menunda-nunda banyak hal.
Selanjutnya, Nuel. Aku baru
mengenalnya dua tahun belakangan ini. Manu seringkali mengajaknya ikut acara
keluarga, maka tak heran Nuel cukup akrab di pandangan mata. Sejauh yang aku
tahu, Nuel sudah tak punya Ibu. Banyak yang bilang ia jadi pendiam sejak
peristiwa kehilangan itu. Nuel juga tak bisa cepat akrab dengan perempuan. Ia
terkadang terlihat cukup tak nyaman jika berdekatan dengan lawan jenis. Malu,
mungkin. Namun ketika sudah kenal lebih dekat, Nuel menjadi sangat menyenangkan
dan perhatian. Pernah suatu kali, ia rela menjemput ibuku ketika hujan turun
lebat sekali. Hanya karena aku dan Manu sedang ada ujian di kampus, kakakku
sedang ke luar kota, dan ayahku belum pulang kerja. Ibuku entah mengapa justru
menghubungi Nuel, dan bukan supir taksi. Beruntungnya, Nuel langsung setuju
menjemput. ;’)
Begitulah, Ti. Perihal dua sisi
koin—Manu dan Nuel—yang barangkali kamu perlu tahu. Sebetulnya masih banyak
cerita yang ingin kutuliskan. Namun biar saja isi hati dan kepalamu yang meramu
segala fakta minim itu menjadi sebuah
jawaban besar. Kuharap aku cukup membantumu, ya.. :D
yang selalu berharap kamu memilih yang
terbaik,
Indri.
Surat balasan dari @idrchi untuk @estipilami
Diambil dari:
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment