01 February 2013

Selamat Ulang Tahun, Perpisahan

Buat Mantan

    Sebelum menulis surat ini saya telah selesai membaca sejumlah surat Rilke di bukunya Surat-Surat kepada Penyair Muda dan Sejumlah Sajak. Kau tentu tak tahu dia. Ya, saya tahu. Dia seorang penyair asal Austria. Tak penting memang untuk kau ketahui. Tapi, saya mencintainya. O ya, surat ini bukan tentang Rilke. Saya bercerita, hanya ingin memberi kabar bahwa saya jatuh cinta lagi kepada penyair, setelah Neruda. Seperti kebiasaanku. Dulu. Saat kita masih saling bangga mengakui sebagai pacar.

    O ya, kau masih ingat ini hari apa? Aha, betul! Penyakit pikunmu sudah hilang rupanya. Meski masih berlaku buat masa lalu kita. Kau pikun, bukan? Sudahlah, bukankah masa lalu hanya genangan kenangan yang butuh direnangi untuk sampai di masa depan. Sialnya, saya tak pandai berenang, hingga arus harus, tenggelamkanku di dalamnya—di masa lalu. Iya, ini adalah hari ulang tahun perpisahan kita. Kita sepakat memutuskan hubungan di tanggal dan bulan yang sama dengan hari ini. Dua tahun yang lalu. Bagaimana jika kita rayakan? Bukankah lumrahnya ulang tahun dirayakan? Tak apa! Kita tak sedang merayakan luka. Tak ada kan yang terluka dalam perpisahan waktu itu? Saya tidak. Kamu juga. Pasti. Jadi mari kita rayakan.

    Ini ulang tahun kedua bagi perpisahan. Kau jangan bangga, membuatku dua tahun menjomblo. Hahaha, jangan bangga dulu. Jomblo hanya tak punya pacar, bukan tak punya cinta. Bagiku melupakan tak berarti move on, atau move on tak berarti melupakan—saya menggabungkannya; melupakan-(cinta)mu dan move on. Baiklah mari kita rayakan! Merayakan ulang tahun dengan sejumlah lilin di atas kue, terlalu lumrah. Bagiku. Bagaimana kalau kita rayakan dengan pelukan? Atau ciuman? Kamu memelukku, saya mencium kening, pipi, atau bisa juga bibirmu? Sepakat?

    O ya, saya berterima kasih kepadamu. Berterima kasih karena telah setuju saling memutusukan dua tahun yang lalu. Kau seharusnya tahu, saya belum berani memacari sesiapa setelahmu. Jangan geer, saya tidak menunggumu kembali. Saya hanya menunggu ada perempuan yang mencintaiku. Hahaha, ya, saya tidak laku. Jangan merasa menang.  Ah, sudahlah, mari kita rayakan ulang tahun perpisahan kita. Kau sepakat, kan, kau memberiku kado pelukan, kadomu kubalas ciuman?

    Saya hampir lupa, sekarang siapa lelaki yang memcarimu? Tolong kabarkan padanya, bahwa orang yang pernah mencintai pacarnya, mengajakmu bertemu; merayakan ulang tahun perpisahan dengan ciuman dan pelukan. Jika ia marah, putuskan! Ia tidak baik buatmu. Hem, tapi pacar seharusnya pagar ya? Menjaga? Iya, juga sih. Ya sudah, jika ia tak mengizinkanmu, berikan ciuman dan pelukan kepadanya. Seharusnya bersamanya kaurayakan perpisahan kita, karena perpisahan waktu itulah yang mempertemukan kalian.

    Sedangkan saya merayakan perpisahan itu seorang diri. Karena saya tak ingin berbagi kebahagiaan, telah dipisahkan dari perempuan yang selalu memacari orang yang salah. Terakhir, kukutipkan puisi dari penyair yang membuatku jatuh cinta itu;

    bahkan jika dunia berubah secepat

    bentuk-bentuk mega

    segala yaang sempurna pada akhirnya

    akan kembali pada yang purba



    Salam

    Lelaki yang (mungkin) salah pernah kaupacari


oleh @sajakimut
diambil dari http://faisaloddang.tumblr.com

No comments:

Post a Comment