10 February 2013

Cintaku Sederhana


Teruntuk Mbak Mita, mbak nya Dedek (LIO).

Seratus hari yang telah membuat ku menciptakan celotehan dan racauan-racauan yang tak karuan.

Hai kamu,
Yang seketika mengalihkan duniaku. Yang menjungkir balikkan duniaku, hingga aku gak tau harus berbuat apa selain meracau. Betapa menyesalnya aku, ketika terlambat menyadari kehadiran-kehadiranmu selama ini. Bertahun-tahun, cinta memang telah membuatku menjadi dingin, hingga aku gak berpikir dengan cinta-cinta dan kehadiran yang lain. Awalnya aku gak berpikir akan seperti ini, menjadi jatuh hati.

Aku juga gak ngerti kenapa baru sekarang pengin meracau soal ini. Aku ingat, beberapa bulan yang lalu. Berawal dari ajakan ku untuk trip ke luar kota, sebuah pulau. Waktu itu pun aku masih menganggap keikut sertaanmu adalah bonus, toh selain kamu udah banyak temen-temen yang akan berangkat. Hatiku masih beku.

Bermil-mil,
mungkin saat-saat ini lah waktu yang mengetuk hati. Saat aku dan kamu duduk bersama, dan bersebelahan (hehe) di dalam mobil, saat menyiapkan makan bersama buat temen-temen di waktu kemping, saat ngobrol santai tapi sering kita selipkan hal-hal serius di tepi pantai. Seluruh waktu benar-benar kita habiskan bersama, apa adanya. Meski hanya beberapa hari. Aku kira mungkin inilah yang disebut melewatkan kemungkinan-kemungkinan dalam hidup kita, bersama. Sehingga hati yang akan berbicara. Aku jatuh cinta.

Setelah sekian tahun, akhirnya aku jatuh cinta. Iya, emang agak lebay. Pasti kamu juga bakal ngomong kayak gitu kan? Hehe. Ya emang seperti itu lah ada nya. Cinta kayaknya emang selalu identik dengan lebay. Hehe lagi.

Oiya aku ingat. Bukannya kemping gak akan lengkap tanpa api unggun? Iya, waktu itu juga ada api unggun. Api yang aku dan temen-temen buat dengan susah payah, memutar otak dan memeras keringat. Dan kamu akan bilang lebay lagi kan? Iya lebay, hehe. Saat aku menyerah membuat api, dengan sisa-sisa bara api yang jadi hasil perjuanganku yang kemudian diteruskan sama temen-temen. Saat itu aku inget banget, obrolan-obrolan ringan nan hangat di samping api unggun. Lhoh, ingatnya soal apa? Daritadi cuman ngomongin soal obrolan-obrolan terus. Aku ingat saat kamu membaringkan tubuh mu dengan bantal paha ku. Hehe, mungkin kamu gak ingat belaian-belaian spontan ku ke kepalamu. Karena emang waktu nya udah malem banget dan kamu juga udah kriyip-kriyip, dengan sambil dielus-elus keningnya gak tau sejak kapan akhirnya kamu ketiduran. 

Buat paragrap baru dulu ya.
Iya, kamu ketiduran di kaki ku yang kesemutan. Hehe, sebenernya udah ditahan agak lama juga tuh. Sampai akhirnya gak tahan juga, akhirnya spontan aku gerakkan kaki. Yang tanpa sadar juga udah bangunin kamu, yang tadinya tidur dengan posisi miring agak tengkurep. Aku pengin ketawa dulu nih, hehehe. Saat kamu bangun, gak tau kenapa tanpa peringatan dan penjelasan tiba-tiba aja kamu usap-usapin mulut kamu di celana ku. Untung celananya tebel, haha. Ya aku gak ngasih reaksi apa-apa sih waktu itu.

Esoknya,
dalam perjalanan pulang, di mobil aku baru tanya sama kamu, 'kemarin kamu ngilerin aku ya?' Aku agak lupa kamu jawab apa, tapi yang pasti kamu ketawa sambil mengiyakan. Kalau aku gak salah inget sih ceritanya emang seperti itu. Pokoknya pada intinya kamu ilerin aku. Terus kesimpulannya apaan? Kesimpulannya ya kamu ngilerin aku.

Saat-saat seperti itulah yang mungkin menghadirkan cinta. Iya, aku jatuh cinta! Secepat itu? Emang kenapa? Kalau kamu pengin tanya, kenapa aku cinta kamu? Jawabannya simpel, karena kamu yang udah ilerin aku. Haha, iya aku cinta kamu. Kamu yang ilerin aku. Sederhana kan? Seperti itulah mungkin cinta, yang seharusnya tanpa kenapa.

Dimulai dari iler tadi, aku mulai bermimpi tentang kamu sepanjang waktu. Hingga aku menulis ini, dan hingga sesampainya ini pada kamu. Hingga waktu-waktu yang bahkan kamu gak akan tahu.

Cukup sudah rasa menyesalku, yang mungkin telah melewatkan beberapa cinta. Aku gak pengin menyesal lagi, meski kamu tahu aku udah bilang beberapa kali, aku cinta kamu. Sekali lagi dan gak akan bosan-bosannya, aku yakin kan kamu, aku mencintai mu, tercinta. Maafin aku untuk hari-hari sebelum ini dan waktu-waktu sebelum kamu ilerin aku. 

Benar aja, sejak saat itu aku mulai meracau dan berceloteh gak karuan. Lihat aja pada bulan Desember-Januari, hehe. Racauan di sini bukan karena aku kebanyakan minum atau ngigo. Tapi iya karena aku mabuk, mabuk karena iler. Mabuk Cinta.

Sekali lagi, maafin aku. Maaf untuk segala gak ke-peka-an ku. Maaf untuk ke-cuek-an ku. Maaf untuk hari-hari yang dulu. Setelah ini, aku tahu kamu tetap masih ragu. Karena emang apa yang kamu bisa banggakan dari aku? Benar? Aku tahu kamu perempuan istimewa, sedikit aja kamu pakai hati, segalanya akan terbuka. 

Karena memang kesempatan yang aku butuhkan. Kemudian kita sikat masa depan. Melewati banyak kemungkinan dalam hidup ini, hingga kamu menemukan satu keyakinan terhadap keputusan untuk kesempatan tersebut.

Meskipun nanti aku jatuh, aku pengin berterimakasih sama kamu. Kamu udah kembali menggores, mencorat-coret hati dan hari-hariku yang tadinya abu-abu. Terimakasih telah kembali mengajarkanku tentang cinta, otomatis satu paket dengan rindu dan mungkin luka. Terimakasih atas warna-warni ini. Terimakasih..

Aku cinta kamu..

Terimakasih juga untuk sahabat-sahabat, dan temen-temen seperjalanan..


Sleman, 8 February 2013

Oleh @linggasut
Diambil dari http://linggasut.blogspot.com

No comments:

Post a Comment