10 February 2013

Sibuk


Hallo sayang,

Maaf beberapa waktu terakhir ini aku teramat sibuk di kantor. Maaf seminggu ini aku hanya bisa pulang ke rumah satu kali. Maaf aku hanya bisa menelponmu barang dua menit. Karena benar saja, menjelang pemeriksaan oleh pusat segala yang ada di kantor berubah sensitif. Setiap orang terlihat pesimis. Bahkan mereka terpaksa menyeduh kopi manis agar pikirannya tak selalu kritis. Kusut memang. Tapi pecayalah, aku akan pulang dengan setumpuk rindu-rindu yang sudah tak sabar ingin kau peluki satu persatu.

Bagaimana anak-anak kita? Selama aku tidak di rumah mereka tetap manis bukan? Jika mereka tanyakan di mana papanya, jawab saja aku ada di sekitar sini. Sedang membuat kejutan. Ah semoga mereka mengerti. Ketika pulang aku ingin mampir sebentar ke toko mainan di tengah kota. Akan aku belikan beberapa mainan baru untuk anak-anak kita. Aku yakin pasti sebenarnya kau melarang jika aku terlalu sering membelikan mainan. Tak apa, Sayang. Selama kita bermain bersama mereka, aku percaya mereka akan paham apa arti mainan yang sebenarnya.

Oh ya, apakah pagimu masih seceria seperti biasanya? Aku harap begitu. Suaramu dari telpon pagiku selalu menggambarkan itu. Sekarang kau tidak perlu repot menyeduhkan aku kopi. Kau bisa lebih lama bersama anak-anak. Sarapan dan minum susu bersama. Di sini, aku seduh kopiku sendiri. Dan tidak lebih nikmat dari seduhanmu. Rasanya tak hanya pahit. Tapi banyak sekali disesapi rindu. Asapnya menjelma wajahmu. Gelasnya seakan rindu usapan lembut tanganmu.

Selama di sini, soreku selalu monoton. Hanya gedung tinggi. Dan langit yang tak begitu seksi. Senjanya ada, tapi seakan tak terlihat. Semuanya hilang rasa ketika aku sendiri. Dan benar saja, hadirmu memang seharusnya untuk melengkapi. Setelah kau menerima surat ini, buatlah secangkir teh kesukaanku. Karena saat menulis pun aku sedang merindukan seaduk demi seaduk the hangant buatanmu.

Salam.


Oleh @ulfaground
Diambil dari http://ulfarizkiana.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment