10 February 2013

Tian, Tuan Kesepian


Untuk Tian, Tuan Kesepian

Aku ingat betul percakapan kita sebelum kepergianmu. Katamu, akulah yang akan rindu padamu terlebih dahulu. Katamu, sapa-sapa itu akan keluar terlebih dulu dari mulutku. Bertolaklah dengan kataku, kupikir justru kamu yang akan begitu. Lalu, kita sama-sama meyakini diri bahwa takkan saling rindu lebih dahulu. Tapi coba lihat sekarang buktinya, siapa yang menghubungiku beberapa pekan lalu? 

Selamat atas kekalahan taruhanmu. Ya, ya, ya..kau rindu. Aku tahu. Aku pun, Tian. Tapi aku menunggu kau yang mengucapkannya terlebih dahulu. Mungkin agar ada sesuatu yang bisa kau berikan padaku. Aku memang masih belum bisa menemukan hal yang tepat untuk membayar kemenanganku. Tapi mungkin sebentar lagi kepalaku menemukan solusi. Seperti ajakanmu beberapa pekan lalu, aku mau. Culiklah aku dengan syarat perjalanan yang diatas standar menyenangkan. Culiklah aku dengan cerita-cerita tentang dunia barumu yang belum terpijaki olehku. Ah tidak, aku hanya bercanda. Aku hanya begitu rindu, lamanya kita bertemu harus dirayakan dengan nada-nada bahagia yang luarbiasa seharusnya.

Hey tuan kesepian. Seseorang membisikiku beberapa waktu lalu cerita tentangmu. Hari-harimu disana nampaknya sering kelabu. Semenjak patah hatimu pada perempuan itu, masihkah kau menunggu waktu sampai ia kembali padamu? Salam untuk hatimu, cepat sembuh ya. Patah hati itu pun memang sering menghampiriku, bahkan ketika bahumu tiada lagi menopang cerita-ceritaku. Tapi kini aku lebih kuat, karena aku berdiri sendiri demi proses penyembuhan hati. Kamu pun juga begitu ya. 

Jika benar secepatnya kita akan bertemu, tolong jangan mulai pertemuan kita dengan cubitan-cubitan nakal yang kau daratkan di pipiku. Tolong jangan komentari soal cerita patah hatiku dan jangan suguhi aku dengan muka lesumu. Janji ya?

Dari nona manis yang meminta pelukan erat sebagai bayaran taruhan.

Oleh @lovepathie
Diambil dari http://lovepathie.tumblr.com

No comments:

Post a Comment