10 February 2013

Kepada Puan Bershio Ular


Hi,

Besok Sin Cia. Ini tahunmu bukan? Tahun Ular, mereka menyebutnya. Seperti semua berkata di setiap hari raya, maka aku katakan padamu: semoga menjadi berkat.

Puan bershio ular, apa kabar rambut ular di kepalamu. Masih selalu nyalang di keras kepala jawaban dari tanyaku yang selalu kaubalik amarah tanya.

Ah sudahlah… mengingatmu aku semakin rindu.

Puan bershio ular, tak kau tanya kabarku? Juga tattoo ular berkepala dua di punggungku? Sesekali malam aku masih bermimpi tentangmu yang seekor ular berkepala dua. Satu kepala mendesis nyalang jantan, satu kepala berkerling betina.

Siapakah kamu, Puan?
Tetapi aku cinta. Sebenarnya siapapun dirimu, sebab tak ada tanya menjadi sebab : ini cinta.

Puan bershio ular. Besarkah nyalimu, katakan siapa kepalamu yang lain. Adakah dia tak malu-malu; tak enggan pula menuliskan puisinya tanpa percik kemarahan?

Puan bershio ular, belum juga kau pahami? Perlukah kubuka penutup di kepalamu agar serempak mendesis setiap kau ingkari diri, hati-hati nanti kau terluka sendiri. Pernahkah dipeluk ular? Tentu belum.

Puan bershio ular, berdamailah pada dirimu sendiri. Terimalah dulu siapapun dirimu. Sebelum kau mengingin orang lain mengerti dirimu apa adamu.

Kini Puan bershio ular. Semaumu pahami tentang cinta di luar sarang belukar.

Dari
Puanmu bertattoo ular di punggung


Oleh @_bianglala
Diambil dari http://pelangiaksara.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment