10 February 2013

Papa Yang Pencemas


Untuk Papa yang pencemas,

tadi malam aku tertidur dalam keadaan lampu kamar dimatikan, seperti yang selalu Papa minta. Karena kata Papa, sel-sel otak akan beristirahat dengan lebih optimal jika lampu tidak dinyalakan. Papa ingat kan sewaktu aku sibuk berdebat dengan Papa, mengatakan bahwa tidur dalam keadaan gelap itu menyeramkan? Tapi sekarang Papa tidak perlu cemas, karena aku tidak akan lagi ketakutan.

Papa yang pencemas,

sampai sekarang hidungku masih sering alergi terhadap dingin, setiap pagi dan malam aku masih sering bersin-bersin. Papa yang pencemas biasanya panik menyuruhku meminum obat dan vitamin ini itu, memintaku untuk mengenakan pakaian hangat, terburu-buru menutupi kepalaku dengan kertas koran setiap turun hujan, meski pun yang turun hanya sekedar rintik-rintik kecil. Papa yang pencemas sering memarahiku karena aku seringkali tidak peduli dengan kesehatan tubuhku sendiri. Papa ingat kan sewaktu aku marah-marah karena Papa memaksaku tidur ketika malam sudah terlalu larut? Tapi sekarang Papa tidak perlu cemas, karena aku tidak akan teledor lagi dengan kesehatan tubuhku sendiri.

Papa yang pencemas,

sekarang aku sudah bisa membawa kendaraan sendiri. Papa ingat kan waktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar, Papa tidak pernah mengizinkan aku bepergian sendiri? Kemudian beranjak ke bangku sekolah menengah pertama, Papa tidak pernah mengizinkan aku bepergian dengan transportasi umum. Tapi maaf ya Papa, sebenarnya waktu itu aku sering mencuri-curi pergi dengan transportasi umum yang Papa bilang berbahaya karena banyak penculiknya.

Kemudian menuju ke sekolah menengah atas, aku mulai bepergian dengan kendaraan bermotorku sendiri. Papa yang pencemas tidak pernah lupa memintaku berhati-hati, agar selalu memasang penutup kepala dan melihat kanan kiri.

Papa yang pencemas tidak pernah menyukai bagaimana aku membawa kendaraan bermotor, Papa bilang itu berbahaya. Kemudian menuju bangku kuliah, Papa yang pencemas mengajariku menggunakan mobil di sela-sela waktu sibuk Papa, dengan sabar dan telaten. Tapi Papa yang pencemas tetap tidak mengizinkan aku untuk bepergian dengan mobil hingga semester 8, karena kata Papa aku belum juga bisa berkendara dengan baik. Tapi sekarang Papa tidak perlu cemas, karena aku sudah bisa berkendara dengan aman.

Papa yang pencemas, mulai sekarang Papa tidak perlu cemas lagi.

Aku tidak akan ketakutan lagi tidur dengan lampu mati karena mulai hari ini aku tidak akan tidur sendiri.

Aku tidak akan teledor lagi dengan kesehatanku sendiri karena mulai hari ini ada yang akan telaten mengurusku dalam keadaan sehat mau pun sakit.

Aku tidak akan membuat Papa cemas lagi dengan membawa kendaraan dengan sembrono karena mulai sekarang posisiku di bangku kiri, ada yang memberi aku keamanan yang melebihi sebuah sabuk yang melintang di badan.

Mulai sekarang Papa tidak perlu cemas lagi, kewajiban Papa menjagaku sudah selesai.

Mulai hari ini ada orang lain yang mempunyai tugas untuk mencemaskan aku, pria yang Papa berikan kepercayaannya untuk menjagaku mulai  sekarang hingga akhir usianya, pria yang Papa jabat tangannya dengan erat seperti mengikat janji antar pria, pria yang sudah menyematkan cincinnya di jari manisku, pria yang paling aku cintai setelah Papa, pria yang akan mendampingi sisa hidupnya denganku.

Mulai sekarang Papa tidak perlu cemas lagi, karena putri kecil yang biasa kau gendong di pundakmu itu kini sudah dewasa dan sudah bertemu dengan pria yang menjadi takdirnya.

Dan Papa tidak perlu cemas, meski pun putri kecil Papa kini sudah dewasa, baginya Papa si pencemas tetap menjadi sosok idola nomor satunya.


Ditulis oleh : @frdtas
Diambil dari http://faraulias.wordpress.com

No comments:

Post a Comment