Kamu melayangkan aku lagi, Erl!
Surat kali ini mungkin tidak akan terlalu panjang, tapi aku
hanya ingin membalas ceritamu tentang burung kertas itu.
Seperti halnya kamu, aku juga menulis surat ini pada secarik
kertas. Tapi aku membuat ini menjadi sebuah pesawat kertas. Tahukan kamu? Aku
berharap kalimatku bisa terbang sampai ke tempat keberadaanmu. Meski ada jarak
diantara kita, itu hanya seperti spasi dalam kalimat ini; Pelengkap.
Paragraf kedua kutulis pada secarik kertas yang aku buat
menjadi seperti perahu. Ya, perahu
kertas. Berharap kalimatku mengalir dari sungai ke samudera, memeluk ujung
semesta, untuk menyampaikan pesan singkat semata:
“Terima kasih kamu telah bersedia!”
Oleh @_KataSandy_ untuk @erlinberlin13
Diambil dari febryansandy.blogspot.com
---
Surat balasan @erlinberlin13 untuk @_KataSandy_
Gemintang
Aku ingin bercerita sebentar. Tentang salah satu sahabatku, Langit.
Aku suka berburu foto Langit- entah sedamg cerah maupun mendung. Namun, hanya ada dua waktu favoritku untuk menikmati bentangan kanvas cakrawala ini: saat pagi dan malam. Seperti foto yang kamu lihat di atas ini. Salah satu potret favoritku dari Langit di pagi hari saat aku menyempatkan diri untuk menghirup udara segar.
Berburu foto Langit di malam hari memang sulit – seperti mengabadikan kanvas yang ketumpahan tinta. Maka, biasanya, aku hanya diam memikmati Langit malam yang terkadang sendu maupun cerira karena kehadiran purnama dan taburan bintang.
Malam juga adalah waktu terbaik di mana aku mengajukan pertanyaan dalam diam. Bagaimana hariku esok, apakah aku akan terlambat pergi ke kampus, atau sempatkah aku menyesap kopi. Namun, akhir-akhir ini, aku sering bertanya tentang hal ini pada Langit.
“Apa kamu memandang gemintang malam ini seperti yang aku lakukan?”
Diambil dari heyerl.wordpress.com
No comments:
Post a Comment