Saat balita, aku paling sulit saat belajar berjalan menurut ibu. Seringkali aku terjatuh dan meraung kesakitan. Tapi aku terus bangkit dan berusaha hingga saat ini aku bisa berjalan dan berlari, melompat dan menari.
Saat sekolah dasar, pelajaran tersulitku adalah menggambar. Hasilnya selalu buruk, tak segan guru seni memberi nilai merah untuk karyaku. Darah pelukis memang tak mengalir dalam pembuluh nadiku.
Memasuki sekolah lanjutan tingkat pertama, giliran Fisika yang menjadi ancaman dua kali dalam seminggu. “Apa gunanya menghitung gaya kinetik dan potensial dalam hidup ini?” pikirku saat itu.
Masa yang konon paling indah tapi bukan untukku, mesti dihadapi dengan derita dari pelajaran Kimia. Tak heran pada masa itu tak ada satu chemistry-pun yang hinggap padaku. Untungnya aku belum mengenal alkohol, terlalu dini.
Jenjang pendidikan tinggi, musuh besarku adalah Mekanika Rekayasa. Sialnya aku bertemu dia selama enam semester! Entah apa dosaku sampai harus menuntut ilmu dalam jurusan yang tak aku sukai.
Selepas sekolah formal, aku baru menyadari, kamulah pelajaran tersulit yang pernah ada. Sampai nanti aku tumbuh menua, kupikir aku tak bisa menguasai ilmu darimu secara sempurna. Sangat luar biasa orang yang bisa menguasai pelajaran paling sulit yang bisa dipelajari oleh manusia.
Mengapa proses mempelajarimu begitu sulit, ikhlas?
Salam,
Pembelajar ikhlas seumur hidup
Ditulis oleh : @gembrit
Diambil dari http://bandarawan.wordpress.com
No comments:
Post a Comment