Selamat pagi Ayah kesayangan semua anak dunia.
Ini aku salah satu putri manja-Mu yang tak pernah absen meminta di tiap bercerita.
Iya, Bapa, ini aku. Putri-Mu yang seharusnya sudah beranjak dewasa, tapi tetap saja masih kekanakan. Apa-apa sudah mengadu. Padahal urusan-Mu bukan melulu tentang aku, tapi tetap tak henti ku ganggu, dengan cengengku, dengan egoisku, dengan cemburuku. Belum lagi sifat cerewet yang pancingku bercerita panjang lebar yang (mungkin) seringkali membuat telinga-Mu panas. Beruntungnya aku punya Bapa yang baik, yang alih-alih mengeluh, malah menuntunku menjadi pribadi lebih kuat. Menenangkanku dengan cara-Mu sampai mendung kelabu di langit jantung hilang, bahkan berganti terik mentari.
Jadi, Bapa, di surat ini aku hanya ingin mengabarkan bahwa aku baik-baik saja. Iya, memang harap yang ku minta dengan sangat itu tak kunjung nyata. Tapi bukankah di minggu-minggu terakhir ini telah ku tambahkan kalimat di belakangnya agar semuanya tetap sesuai rencana-Mu saja? Iya, Bapa, rencana-Mu saja, aku tak mengapa. Lihatlah, aku tetap berdiri. Tanpa dipapah, tanpa bertemankan bahagia bernama. Iya, seperti kataku, aku baik-baik saja. Hanya tinggal menutup luka-luka kecil yang masih tersisa. Kali ini biar jadi bagianku. Pengalaman telah mengajarkanku bagaimana caranya.
Aku..sudah cukup kuat, kan?
Aku hanya butuh waktu sedikit lebih lama dari putri-Mu yang lain untuk kembali pulih.
Satu lagi, Bapa. Bila mungkin di suatu sore cerah Engkau sedang duduk-duduk bersama kakek dan nenek sambil menikmati secangkir kopi dan melihat ke bawah sini, tolong sampaikan bahwa aku begitu merindukan mereka.
Masih banyak sebenarnya hal-hal yang tak kumengerti, tapi nanti saja kusampaikan di pembicaraan pribadi kita. Biar jadi rahasia berdua saja, dan cara-Mu biar jadi rahasia-Mu saja.
Jadi, Bapa, sempatkan baca ini di sela sibuk-Mu, ya. Tak perlu dibalas. Kecup saja aku di tidurku malam ini agar mimpi indah dengan sedia menghampiri. Oke?
Salam dari bumi,
Putri-Mu
oleh @renimelynda
diambil dari http://renimelynda.tumblr.com
Ini aku salah satu putri manja-Mu yang tak pernah absen meminta di tiap bercerita.
Iya, Bapa, ini aku. Putri-Mu yang seharusnya sudah beranjak dewasa, tapi tetap saja masih kekanakan. Apa-apa sudah mengadu. Padahal urusan-Mu bukan melulu tentang aku, tapi tetap tak henti ku ganggu, dengan cengengku, dengan egoisku, dengan cemburuku. Belum lagi sifat cerewet yang pancingku bercerita panjang lebar yang (mungkin) seringkali membuat telinga-Mu panas. Beruntungnya aku punya Bapa yang baik, yang alih-alih mengeluh, malah menuntunku menjadi pribadi lebih kuat. Menenangkanku dengan cara-Mu sampai mendung kelabu di langit jantung hilang, bahkan berganti terik mentari.
Jadi, Bapa, di surat ini aku hanya ingin mengabarkan bahwa aku baik-baik saja. Iya, memang harap yang ku minta dengan sangat itu tak kunjung nyata. Tapi bukankah di minggu-minggu terakhir ini telah ku tambahkan kalimat di belakangnya agar semuanya tetap sesuai rencana-Mu saja? Iya, Bapa, rencana-Mu saja, aku tak mengapa. Lihatlah, aku tetap berdiri. Tanpa dipapah, tanpa bertemankan bahagia bernama. Iya, seperti kataku, aku baik-baik saja. Hanya tinggal menutup luka-luka kecil yang masih tersisa. Kali ini biar jadi bagianku. Pengalaman telah mengajarkanku bagaimana caranya.
Aku..sudah cukup kuat, kan?
Aku hanya butuh waktu sedikit lebih lama dari putri-Mu yang lain untuk kembali pulih.
Satu lagi, Bapa. Bila mungkin di suatu sore cerah Engkau sedang duduk-duduk bersama kakek dan nenek sambil menikmati secangkir kopi dan melihat ke bawah sini, tolong sampaikan bahwa aku begitu merindukan mereka.
Masih banyak sebenarnya hal-hal yang tak kumengerti, tapi nanti saja kusampaikan di pembicaraan pribadi kita. Biar jadi rahasia berdua saja, dan cara-Mu biar jadi rahasia-Mu saja.
Jadi, Bapa, sempatkan baca ini di sela sibuk-Mu, ya. Tak perlu dibalas. Kecup saja aku di tidurku malam ini agar mimpi indah dengan sedia menghampiri. Oke?
Salam dari bumi,
Putri-Mu
oleh @renimelynda
diambil dari http://renimelynda.tumblr.com
No comments:
Post a Comment