07 February 2013

Elegi Hari Ke-enam

Selamat pagi lagi-lagi,

Hari ini akan jadi sedikit kilas balik, meski hampir semua suratku memang banyak menyapa masa lalu.

Sebelum tanggal enam bulan Februari empat tahun lalu, aku dan saudara yang lain setia menunggu di dalam dan di luar ruang ICU.  Silih berganti masuk melantun doa dan memberi separuh tangkup di tanganmu.  Dua minggu kami di situ. Banyak sekali tangis yang sudah disaksikan dari orang-orang datang disebabkan kepergian orang-orang yang dicintai. Aku sedang berpikir waktu itu, tahan betul para perawat yang bekerja di ICU ini, tiap hari menyaksikan kegelisahan dan kesedihan. Kami masih sabar.

Di dua minggu sebelum dan hingga tanggal enam bulan kedua, lupa kami dengan air mata, yang tertancap di benak adalah kau dengan semua alat bantu di satu kamar dan salah satu dari kami membacakan tiap ayat secara bergiliran. Entah Al-Quran itu sudah khatam atau belum ketika kami membacanya selama dua minggu menunggumu.

Semua orang yang pernah kita kenal, juga menyumbangkan doa pendek sembari melihatmu.

Tuhan memang sudah punya rencana, kita tak bisa ke mana-mana. Empat tahun lalu, tanggal yang sama dengan hari ini, di Jumat. Badanmu sudah benar-benar terbujur kaku saat dokter berkata kau hanya ditopang hidup dengan alat bantu, dan sesegera itu pula tindakan melepaskan semua alat bantu dilakukan.

Kami juga pasrah...melepasmu.
Ibu

Bandung, 6 Februari 2013


oleh @rizkymamat
diambil dari http://rizky-muhammad.blogspot.com

No comments:

Post a Comment