Hai kamu,
Cinta yang dulu sempat aku harapkan.
Aku tidak tahu apakah ini permainan takdir atau memang hukum alam. Namun rasanya terlalu kejam jika takdir mempermainkan kita seperti ini. Aku memang percaya, bahwa inilah jawaban dari semesta. Iya, inilah kenyataannya saat semesta berbicara.
Aku mengetahui sedikit tentang hukum Law Of Attraction, dimana apa yang kamu lepaskan akan menjadi milikmu. Milikilah keinginan kemudian lepaskan pada semesta. Semesta akan berkonspirasi membantumu, mewujudkan apa yang kamu pinta. Ini hukum mutlak yang dibuat oleh Sang Maha Adil.
Iya, aku dulu berkeinginan untuk memilikimu. Kesalahanku, aku tidak pernah melepaskannya pada semesta. Aku genggam erat setiap detil yang aku inginkan. Lalu, bagaimana semesta bisa bekerja kalau aku memeluk erat-erat anganku tadi?
Namun pada akhirnya, kesadaranku mulai pulih dan menyadari cinta ini tidak mungkin bisa. Aku tidak mau tahu lagi apapun tentangmu. Aku hilangkan semua angan untuk memilikimu. Dan tanpa aku sadari, saat akhirnya aku melepaskan semuanya, selanjutnya semesta justru memberikan tepat seperti yang aku pinta dulu, hati dan cintamu.
Sudah terlambat, bukan? Ketika dengan kesadaran penuh aku sudah tidak lagi menginginkanmu, kamu datang. Rasanya sudah tidak bisa. Ah, mungkin konsep tadi terlalu klise untuk menjelaskan kenyataan ini.
Jadi, pada dasarnya, manusia itu senang dipuja. Siapa yang tidak menyukai egonya dimanja? Ia jadi merasa bebas merespon semaunya sendiri. Ia baru akan merasa terpukul ketika si pemuja hatinya berhenti mencintai.
Kamu mungkin salah seorang yang tidak sadar akan hukum itu. Tetapi kalau aku boleh menebak, jauh di dasar hatimu, pasti kamu merindukan sapaan hangatku yang tidak berbalaskan olehmu setiap hari.
Iya, kini keadaannya berbalik. Kamu melakukan apa yang persis aku lakukan dulu kepadamu. Kamu kini datang, mencoba mencari celah untuk masuk dalam kehidupanku. Tapi maaf, aku sudah tidak peduli lagi. Aku kini sudah bahagia dengan kekasihku. Iya, aku jawab dengan tegas, sangat bahagia.
Kamu benar-benar membukakan mata hatiku, bahwa untuk dicintai memang seharusnya tidak mengorbankan harga diri.
Oleh @araapratiwi Sumber: http://tiarapratiwinugroho.blogspot.com
No comments:
Post a Comment