09 February 2013

Surat Kaleng untuk @RoryAsyari

Teruntuk kamu, yang mengganggu fikiranku beberapa waktu ini.

Hai Rory, Apa kabar?

Kamu tak perlu mengerenyitkan dahi seperti itu ketika melihat kalimat pembuka barusan. Aku ingin kamu tersenyum, begitu membaca surat ini. Senyum yang biasa kamu perlihatkan setiap kali  membawakan berita di 811 show.
Aku mengetahuimu semenjak aku terjun di dunia jurnalistik. Aku yang saat itu berada di desk ekonomi, dan kamu yang berada di desk politik, tentu tidak akan pernah bertemu. Aku sering mendengar cerita tentangmu melalui reporter di kantor yang kebetulan pos nya sama dengan kamu, DPR.
Menurut temanku, kamu itu sangat ramah. Kamu selalu menggunakan kertas minyak untuk  membersihkan wajahmu agar terlihat fresh setiap kali kamu mau live. Iya kan? Kamu juga sering  membantu temanku memegangi recorder setiap kali doorstop. Aku hanya bisa tersenyum dan semakin penasaran dengan kamu, ingin rasanya berpindah desk agar bisa satu lokasi, namun itu tidak akan pernah mungkin. Aku kembali melihatmu di layar kaca saja.
Satu tahun berlalu. Akhirnya aku dipindahkan ke desk Nasional, dimana terdapat rubrik politik dan  hukum. Kebetulan aku memegang politik. Saat itu aku sudah jarang melihatmu di layar kaca, karena  kesibukan yang kita sama-sama tahu, wartawan sangat jarang memiliki banyak waktu melihat televisi. Aku sangat berharap sekali bisa berkenalan dengan kamu.
Akhirnya, Tuhan mengabulkan keinginanku. Kita satu tempat lokasi liputan. Sekali-kalinya. JCC, malam  hari, aku yang berada disana sejak pagi, demi menunggu narasumber yang akan aku wawancara. Kemudian aku melihatmu, malam itu. iya, kamu. Dan aku sangat-sangat excited saat itu meski lelah tak  berkesudahan.
Aku hanya bisa memperhatikanmu dari kejauhan. Kamu yang datang bersama kameramenmu duduk di kursi beberapa deret dari belakang. Saat itu aku berada jauh di belakang kamu, dan mengampar di bawah bersama dengan media lain. Tapi itu bukan penghalang aku untuk tidak memperhatikan kamu. Aku melihatmu sesekali berbincang dengan kameramenmu, sesekali terlihat asik seraya senyum-senyum dengan gadget mu, juga beberapa kali wara-wiri di depanku. Pastinya kamu tidak tahu jika aku perhatikan diam-diam.
Aku yang tidak kuat dengan suhu di dalam gedung JCC, saat itu memutuskan untuk keluar sebentar menghangatkan tubuh. Aku yang sendirian, berjalan dan berhenti di lobi. Memperhatikan beberapa awak media tv merah, serta teman-teman dari media lainnya yang sedang berbincang satu sama lain. Aku hanya terdiam melihatnya, tanpa ikut gabung bersama mereka. Karena kala itu aku sudah cukup kepayahan dan seakan energy ku telah habis untuk mengejar menteri perekonomian.

Tuhan memberikan bonus. Kamu datang, menyalakan rokokmu, dan aku melihat kamu berdiri tidak jauh dari hadapanku malam itu. Tetapi tetap, aku hanya bisa memperhatikanmu dari kejauhan. Kamu yang mondar mandir sambil mengepulkan asap rokok, terlihat sangat menawan. Hmmm, aku tidak berlebihan kok.
Duar! Kamu datang! Iya! Menghampiriku yang sedang menatap nanar jalanan basah malam itu. Kamu berdiri di sebelahku dan bertanya apakah salah satu narasumber yang menjadi pembicara malam itu akan hadir. Speechless, tentunya. Aku berusaha senyaman mungkin saat itu, agar kamu tidak sadar bahwa aku nervous. Totally!
Kita berbincang. Sedikit. Sambil menghabiskan rokokmu yang kulihat tinggal setengahnya itu. Kamu sangat wangi Rory. Aku tidak bisa tahan dengan laki-laki, yang sudah semalam itu masih menjaga tubuhnya tetap segar. Aku suka melihat postur tinggi badan kamu. Atletis dan sangat pas. Tapi sayang, kamu perokok ternyata.
Saat doorstop, dengan tinggi badan yang kamu miliki, untuk ukuran reporter memang cukup membuat perempuan pendek seperti aku terhalang. Tapi saat itu kamu membantuku dengan memegangkan recorderku di sela-sela mic yang juga kamu sedang pegang. Kamu tau posisiku saat itu? tepat di belakang kamu. Dan maaf, aku menghirup dalam-dalam wangi tubuh kamu, seolah, ingin menghentikan waktu agar bisa terus di dekat kamu.
Your smile make me melted Rory L. Ingin rasanya malam itu aku mengatakan, please, stop tersenyum ke arahku. Kamu sangat sangat ramah. Benar ternyata omongan temanku yang mengatakan kamu sangat baik juga ramah. Satu lagi, kamu lebih tinggi aslinya daripada saat aku lihat di televisi. Kamu, sempurna! Seperti malaikat tentunya, menurutku.
Kamu masih ingat aku? Pasti tidak ya. Iyalah, kamu pasti telah bertemu banyak orang, dan aku, hanya salah satunya saja. Intinya, kita pernah bertemu satu kali, mungkin pertama dan terakhir kalinya. Karena setelah itu, seperti biasa aku hanya dapat melihatmu di layar kaca. Aku kembali ke rubrik ekonomi, karena salah satu reporternya mengundurkan diri, sementara kariermu, ternyata semakin menanjak. Sejak pertemuan malam itu, aku baru tahu ternyata kamu kini telah menjadi news anchor program 811 show yang tayang setiap Senin hingga Jumat.
Tapi kamu tidak pernah membalas mention ku.
Aku masih tetap dapat melihatmu. Malah kini setiap hari. Ini agak sedikit gila mungkin, aku rela dating pagi hari, sebelum jam 8 ke kantor, jika kebetulan tidak ada agenda ke lapangan pagi hari tentunya, demi melihat kamu! It was crazy, maybe, I think hmmm, yes :p. Kamu selayaknya mood booster yang memang harus dilihat sebelum aku memulai aktifitas. Televisi di kamar maupun di ruang tengah rumahku tidak dapat menangkap sinyal Metro Tv dengan baik, untuk itulah aku berangkat lebih awal, dan streaming dari PC di kubikelku. Aneh ya?! Iya.

Gak apa-apa kamu mau bilang aku aneh atau gila sekalipun. Sepertinya kekagumanku akan dirimu ini memang luar biasa. Seorang fans yang mengagumi news anchornya yang ternyata, mantan model. Kalau nanti kamu menikah, dengan siapapun itu, atau bahkan kamu memang sudah menikah, perempuan yang menjadi pendamping kamu adalah perempuan yang tak kalah hebatnya dengan kamu pasti. Karena dibalik laki-laki hebat, ada perempuan yang lebih hebat lagi disana. Kamu, luar biasa Rory! Terus berkarya ya! Semoga kamu selalu bahagia.

Untuk akun @RoryAsyari
-Penggemarmu-

No comments:

Post a Comment