Biarkan Sajalah
Bekasi, 22 Februari 2013
Teruntuk Indri,
yang sebentar lagi akan kulihat tak lagi sendiri.
Oh, sabtu nanti, Manu tidak akan sendirian berarti, In.
Aku selalu siap jika dia memintaku untuk menjadi partnernya. Aku selalu siap
kapanpun ia membutuhkan bantuanku *kedip nakal* *ngilang* ~ ~ ~\o/
Tapi, aku malas menanyakan jika ia tak juga berniat
untuk kuketahui. Barangkali begitu ya, In? Aku tak perlu mencari tahu
tentangnya jika maksud pesannya adalah bukan untuk diketahui olehku. Entahlah,
aku pun jadi bingung sendiri. Yang jelas, sampai sesiang ini, dia sudah
mengirim dua pesan yang begini bunyinya: “Pagi ini aku tahu bukan aku yang ada
di benakmu. Namun, ketahuilah bahwa kamu yang terus berputar-putar baik di
dunia mimpi maupun nyataku.” dan juga “Siang ini, hujankah di kota tempatmu
berpijak? Sebab di sini justru hangat, meski tak pernah sehangat senyumanmu.”
Aku memang tersenyum saat membacanya, In. Hanya cukup
aneh bagiku, seorang alumni (caelah alumni :p) pencinta diam-diam, kini
diperlakukan dengan cara yang sama. Siapapun dia, aku harap dia tidak akan
begitu lama menyembunyikan dirinya.
Justru jangan sampai kautanyakan kepada Nuel, In. Aku
takut ternyata aku yang salah, atau bahkan malah semakin membuatnya berada pada
posisi tak nyaman. Biarkan saja, bagi beberapa orang mencintai dengan diam-diam
barangkali memang men(y)enangkan. Biar saja dia yang akan membuka siapa dirinya
sendiri nanti.
Oh iya, hampir lupa. Sampaikan salamku pada Kak Anton.
Katakan padanya, aku tak sabar bertemu dengan kalian berdua.
Dari yang sedang senyam-senyum sendiri saat membayangkan
kalian,
Esti.
Oleh: @estipilami untuk
@idrchi
Diambil dari:
http://estipilami.tumblr.com/
---
Sepertinya Bukan Nuel
Bandung, Februari hari dua puluh tiga,
2013
Teruntuk,
Esti
yang hatinya sedang penuh-penuhnya
Hai, kamu..
Ini surat pertama setelah pertemuan
kita kemarin. Terima kasih banyak atas kegembiraan yang telah kita bagi bersama. Sesi ngobrol seharian
memang efektif untuk saling mendekatkan ya, Ti. Buktinya kamu dan Manu
kelihatan sudah semakin ‘ehem’ kemarin. :3
Perihal sms manis yang terus membawa
senyum pada bibirmu, aku agak bingung untuk ikut senang atau bagaimana. Meski
tak bisa bohong, aku memang ikut senang ketika membaca pesan itu. Aku
benar-benar belum menemukan pemilik nomor itu, Ti. Dan semalam, ketika akhirnya
Nuel datang ke rumah, aku cukup diyakinkan bahwa nomor itu bukanlah Nuel.
Sebab, ketika aku melakukan sedikit drama untuk membuat Nuel memberitahukan semua
nomor ponsel yang ia punya, tak ada satupun yang sesuai dengan nomor itu. Maka
nomor itu tetap milik entah siapa.
Semoga sesegera mungkin kita ketahui
pemiliknya ya, Ti. Aku mengerti, bagaimanapun manis pesannya, selalu ada rasa
kurang nyaman ketika kita tak tahu siapa yang mengirim.
Salam balasan dari Kak Anton, katanya
semoga kita diberi kesempatan bertemu lagi. Aamiin. :)
yang sama-sama makin penasaran,
Indri.
Surat balasan dari @idrchi untuk @estipilami
Diambil dari:
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/
No comments:
Post a Comment