Kamu senja, aku suka senja. Kita adalah senja.
Assalamualaikum Wr. Wb
“kucing bertotol oranye.
Disini pintu berbunyi,
Ia datang ke sini menjilat kaki.”
Salah satu bait puisimu yang kusuka. Bait yang membawaku memandang ke arahmu.
Kamu yang duduk di pojokan sana. Aku memandangimu dari kejauhan, diantara orang-orang yang mungkin berpikiran sama denganku. Iya, aku mengagumimu. Pun juga mereka. Kamu penulis hebat, sedangkan aku hanyalah wanita biasa yang sedang memantaskan diri menjadi wanita sholehah.
Kita pernah berada dalam ruangan yang sama, bahkan kamu berada di jarak kurang dari 1 meter di sebelahku tapi kita tak saling menyapa. Aku terlalu takut, atau bahkan semesta yang belum mengizinkan kita untuk bersua.
@kucing_senja. Username twittermu unik. Aku langsung menebak, kamu pasti suka senja. Pantas saja kamu menyukainya. Senja itu sepertimu. Tetap jingga dengan sinarnya, dan akan tetap bersinar dengan terangnya.
Senyummu indah. Seindah senja yang senantiasa menanti datangnya langit malam.
Cahaya emas memantul di jendela kamarku, berkilatan. Tergambar jelas bias wajahmu. Menemaniku untuk menyapamu melalui sepucuk surat sederhana ini. Semburat jingga akan tetap melukis kisah. Kisahmu, kisahku, dan kuharap kisah itu akan menjadi kisah kita nantinya.
Dirga.. Jika kamu adalah senja, maka izinkan aku menjadi penikmat senja.
Keep in writing, Dirga. I’ll see you again, hopefully ^^
Terimakasih,
Aku yang mengagumimu.
Salam hangat dari bawah rona jingga yang senantiasa bergelantungan di ufuk barat.
No comments:
Post a Comment