Kepada: @eggagaegga
Aku kembali menemuimu untuk kedua kalinya di surat kaleng ini.
Menemuimu dengan kalimat-kalimat payah yang telah kusiapkan untuk pertemuan kita yang singkat. Karena nyatanya aku hanya mampu yang seperti dulu, yang hanya pandai memujamu dari jauh dan tak pandai mengucapkan kata-kata indah, hingga yang sampai padamu hanyalah beban helaan nafas yang tertahan.
Aku memujamu oo mega khairunnisa, seperti deras air terjun di ketinggian atau debur ombak pada karang di sebuah pantai. Aku pemujamu dengan atau tanpa kata-kata.
Sebab segalanya seperti telah selesai diucapkan dan telah selesai untuk dilakukan.
Maka aku menjelmalah seorang yang hanya mengamatimu dengan duduk dan melihat apa yang akankah kau lewat. Namun tak dinyana kamu berjalan jauh dan aku hanya mampu menerjemahkan segala kekaburan yang tertera dalam peta lantas kita pun semakin tak ada. Mungkin inilah sesuatu yang mungkin disebut takdir, tapi aku tidak ingin menyebutnya dengan nasib.
Wahaii mega khairunnisa yang kuhirup sekarang hanya kekosongan dan aku masih memujamu dalam ingatan. Salam. ***
Aku kembali menemuimu untuk kedua kalinya di surat kaleng ini.
Menemuimu dengan kalimat-kalimat payah yang telah kusiapkan untuk pertemuan kita yang singkat. Karena nyatanya aku hanya mampu yang seperti dulu, yang hanya pandai memujamu dari jauh dan tak pandai mengucapkan kata-kata indah, hingga yang sampai padamu hanyalah beban helaan nafas yang tertahan.
Aku memujamu oo mega khairunnisa, seperti deras air terjun di ketinggian atau debur ombak pada karang di sebuah pantai. Aku pemujamu dengan atau tanpa kata-kata.
Sebab segalanya seperti telah selesai diucapkan dan telah selesai untuk dilakukan.
Maka aku menjelmalah seorang yang hanya mengamatimu dengan duduk dan melihat apa yang akankah kau lewat. Namun tak dinyana kamu berjalan jauh dan aku hanya mampu menerjemahkan segala kekaburan yang tertera dalam peta lantas kita pun semakin tak ada. Mungkin inilah sesuatu yang mungkin disebut takdir, tapi aku tidak ingin menyebutnya dengan nasib.
Wahaii mega khairunnisa yang kuhirup sekarang hanya kekosongan dan aku masih memujamu dalam ingatan. Salam. ***
No comments:
Post a Comment