Halo-halo (from) Bandung
Entah, ini masih seperti mimpi. Ketika aku terbangun dan mendapati
sesosok yang sangat dicintai sedang terlelap di depan tivi. Ah, maaf
sayang.. Aku tidak dapat menahan untuk tidak menciumi wajahmu
bertubi-tubi.
Sesaat kamu terbangun, dengan wajah menahan kantuk. Aku suka
ekspresi lucu itu. Kamu memang lelaki yang tegar di saat badai, namun masih bisa menampilkan mimik innocent, seperti bayi. Hehehe..
Aku tahu kamu terganggu, sedang pulas dan ada yang mengganggu. Tapi ini lelakiku, yang dalam kondisi seperti sekarangpun ia masih merentangkan pelukannya untukku. Walau diganggu tidurnya sekalipun.
Aku tahu kamu terganggu, sedang pulas dan ada yang mengganggu. Tapi ini lelakiku, yang dalam kondisi seperti sekarangpun ia masih merentangkan pelukannya untukku. Walau diganggu tidurnya sekalipun.
Lelakiku, aku selalu merindukan pelukanmu ini. Entah sudah
berapa ratus kali aku katakan dalam surat, dalam doa, dalam tangis. Rupanya
aku belum benar-benar bisa melupakan rasa rinduku terhadap setiap pelukanmu. Dan
aku sudah membuktikan kebenaran perkataanmu, memang benar seperti surat pertamamu sayang, setiap pelukan tak pernah puas melepas rindu. Aku tidak akan pernah puas dan akan
selalu meminta pelukanmu, di dada kiri ini.
Sayang, maaf ya.. Jika pagi ini aku sudah menghadiahimu
airmata.
Jangan khawatir, ini hanyalah airmata haru. Airmata lega bisa bertemu.
Airmata cinta akan dirimu.
Melihat kamu terlelap sambil memelukku, ada doa yang ku bisik kepada langit pagi, Aku ingin menjadi wanita tangguhmu yang tetap hadir menyapa sebelum pagi menampakan matahari.
Aduh, aku melankolis sekali pagi-pagi.
Bangun sayang, bangun.. Sudah tersedia teh manis dan
beberapa buah roti. Lekaslah mandi dan mari kita mengulang semuanya dari tempat
kita pertama bertemu. Pertemuan yang memancing pertemuan-pertemuan berikutnya
tanpa jemu.
Oleh @nadyasiaulia untuk @PriaHujan
Diambil dari
nadyaratnasari.blogspot.com
---
Surat balasan @PriaHujan untuk @nadyasiaulia
Perempuan ini.
Kepadamu...
hangat yang menyentuh pipi lalu bibirku bergantian, hangat yang dulu
sangat kukenali, dan aroma roti bakar yang harus membangunkanku dari mimpi,
harus kuceritakan mimpiku? Mungkin
kau sudah tahu bagaimana jalan ceritanya, iya kan? Dan saya terbangun dengan
senyum.
Ah,
perempuan ini, tak henti-hentinya membuatku jatuh cinta, bahkan pada senyum
tipisnya dan pada caranya berjalan. Oh iya, dimana kau letakkan sayapmu wahai
perempuan?
[PH]
Diambil dari privatesastra.blogspot.com
No comments:
Post a Comment