Apa kabar wahai tuan si pemilik hati yang teduh, lama tak melihat mu lewat depan rumah lagi. Wah aku rupanya rindu kepada seseorang yang tidak mengenalku dan telah bersama pujaannya. Terdengar sangat bodoh dan memalukan sekali memang. Tapi aku masih setia kok menulis surat untukmu, tapi aku bingung, harus memakai nama siapa, agar kau sudih membacanya.
Apa kabar wahai tuan pujaanku, kuliat kabar melalui akun jejaring sosialmu, rupanya sebentar lagi kau akan menjadikan wanitamu itu halal dimata Allah. Kau dan dia rupanya sebentar lagi akan hidup bersama (untuk sementara). Karna terkadang memang mungkin Allah memberi takdir makhluknya untuk salah pilih dahulu, Tapi percayalah Cinta yang tulus dan baik itu datangnya memang selalu terlambat. Aku sering mendengar kata-kata ini.
Aku tak masalah, kabar itu sama sekali tak membuatku berhenti mencintaimu apalagi menyurutkan langkahku untuk meraihmu. Aku masih setia tersenyum dan bermimpi. Sebab aku paham betul, pintu pengadilan selalu terbuka untuk siapa saja, anak para jaksa dan pengacarapun butuh makan dan biaya hidup lainnya. Jika tidak, robohlah kantor pengadilan dan dijadikan lapangan sepak bola oleh anak-anak setempat. Itu lebih baik, dari pada tuan-tuan berdasi kembali mengambi alih dengan membangun gedung mewah yang hanya untuk sesamanya saja. Maka lebih baik dijadikan lapangan sepak bola saja agar Indonesia kelak bisa masuk Piala Dunia suatu hari nanti.
Aku akan tetap mencintaimu, dan juga tanpa menyurutkan langkahku untuk memilikimu.
Dan aku, aku baru saja berbohong.
oleh @tenri28
diambil dari http://tulisananditenri.blogspot.com
Apa kabar wahai tuan pujaanku, kuliat kabar melalui akun jejaring sosialmu, rupanya sebentar lagi kau akan menjadikan wanitamu itu halal dimata Allah. Kau dan dia rupanya sebentar lagi akan hidup bersama (untuk sementara). Karna terkadang memang mungkin Allah memberi takdir makhluknya untuk salah pilih dahulu, Tapi percayalah Cinta yang tulus dan baik itu datangnya memang selalu terlambat. Aku sering mendengar kata-kata ini.
Aku tak masalah, kabar itu sama sekali tak membuatku berhenti mencintaimu apalagi menyurutkan langkahku untuk meraihmu. Aku masih setia tersenyum dan bermimpi. Sebab aku paham betul, pintu pengadilan selalu terbuka untuk siapa saja, anak para jaksa dan pengacarapun butuh makan dan biaya hidup lainnya. Jika tidak, robohlah kantor pengadilan dan dijadikan lapangan sepak bola oleh anak-anak setempat. Itu lebih baik, dari pada tuan-tuan berdasi kembali mengambi alih dengan membangun gedung mewah yang hanya untuk sesamanya saja. Maka lebih baik dijadikan lapangan sepak bola saja agar Indonesia kelak bisa masuk Piala Dunia suatu hari nanti.
Aku akan tetap mencintaimu, dan juga tanpa menyurutkan langkahku untuk memilikimu.
Dan aku, aku baru saja berbohong.
oleh @tenri28
diambil dari http://tulisananditenri.blogspot.com
No comments:
Post a Comment