Menangkis Kekhawatiran
Berterimakasihlah lagi, dan lagi-lagi harus kau sampaikan rasa terimakasihku pada ibumu, terus menjaga perempuan yang kini sedang berbalas surat denganku. Racauanmu slalu indah kudengar, silahkan untuk terus meracau. Melamun, tertawa, sedih, mengantuk sekalipun akan kudengar. Tak banyak pemahamanku tentang hari valentine, karna hari kasih sayang kata ibuku harus terus dirayakan setiap hari. Sebelum kututup, Ini penggalan sajak yang sempat kutulis namun belum rampung. Tapi tak apa, ini layak kau baca. "Sepasang kakiku ialah sore yang sengaja tak kuijinkan berjalan, agar aku bisa mencintaimu di senja yang datang perlahan."
Oleh @_KataSandy_ untuk @erlinberlin13
Diambil dari febryansandy.blogspot.com
---
Surat balasan @erlinberlin13 untuk @_KataSandy_
Semoga Bukan yang Terakhir
Selamat hari Minggu. Selamat beristirahat.Aku menghargai usahamu untuk tetap membalas racauanku dalam keadaan terdesak. Meski terkadang, aku khawatir jika suratmu belum kunjung tiba hingga senja turun.
Tampaknya baru kemarin kita mulai berkirim surat. Tampaknya baru kemarin aku merasakan keraguan untuk berbagi tempat. Tapi, bukankah awal mula memang seperti itu? Penuh ketidakpastian sampai kita berhasil melewatinya.
Kemudian, aku ingat hari-hari di mana aku berada di titik akhir sebuah perjalanan. Sehabis sekolah, membaca buku, menulis cerita, atau menghadiri sebuah konser. Selalu muncul kerinduan yang akan sulit ditangkis. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah dengan mengabadikannya lewat tulisan.
Aku khawatir akan merindukan momen-momen menunggu suratmu, kebingungan mencari topik, sampai mengirimnya. Syukurlah ini tulisan, jadi aku bisa membacanya berulang-ulang, kan?
Masih ada satu sesi berkirim surat. Kuharap kita dapat mengakhirinya dengan baik.
Diambil dari heyerl.wordpress.com
No comments:
Post a Comment