SURAT RINDU #27 : Puncak Tertinggi
Hari ini aku sedang
sibuk mempersiapkan segala perlangkapan untuk mendaki gunung. Mempersiapkan segala
peralatan untuk menghindari segala hal buruk yang mungkin terjadi nantinya
selama perjalanan.
Makanan yang cukup,
jaket, jas hujan, senter, dan masih banyak lagi. Sore ini aku akan berangkat
menuju kawah gunung Sinabung, Gunung tertinggi di Sumatera Utara. Mungkin aku
baru sampai dikawah gunung jam 8 malam, lalu nanti istirahat sejenak hingga jam
11 malam.
Nah, perjalanan
mendaki gunung dimulai dari jam 11 malam. Aku sengaja berangkat malam hanya
untuk mengejar mentari pagi. Kemungkinan hujan malam sangat besar, cuaca
orografis sangat tidak mudah untuk ditebak.
Do’akan saja aku agar
bisa mencapai puncak dengan selamat. Dan do’akan juga agar aku bisa mendapat
mentari yang indah nanti ketika sampai dipuncak. Aku berharap sangat banyak,
mengingat disana saat ini sedang sering berkabut.
Gunung Sinabung
memang bukan yang tertinggi di Indonesia, tapi untuk menaklukkan semua puncak
tertinggi, dimulai dari yang terdekat dulu bukan? Hehe..
Aku yakin bisa
menaklukkan gunung ini dan mungkin beberapa gunung lainnya, hingga Mount
Everest pun bisa kutaklukkan. Aku akan berdiri diatas puncak tertinggi bumi ini
suatu saat nanti.
Tapi sampai kapanpun,
aku masih ragu untuk bisa menaklukkan puncak tertinggi yang bernama kerinduan. Jika
pertemuan adalah puncak tertinggi rindu, lalu kenapa ketika berpisah lagi,
puncak itu selalu semakin bertambah tinggi?
Inilah uniknya kerinduan.
Saat siapapun merasa mampu menaklukkan puncaknya, pasti puncaknya akan bertambah
tinggi seiring bertambahnya jarak.
Aku bisa melihat
puncak kerinduan, tapi tak pernah bisa mencapainya. Mungkin penyebabnya hanya
satu, kesendirian. Karena sampai kapanpun, kerinduan tak akan pernah tunduk
pada kesendirian. Ia justru semakin membuncah tinggi.
Oleh @buffhans untuk @bukanadelia
Diambil dari www.buffhans.com
---
Surat balasan @bukanadelia untuk @buffhans
SURAT RINDU #28: Seperti Gunung.
Selamat siang, kamu.Tampaknya kamu memang benar-benar sibuk sampai hilang kabar seperti ini. Bagaimana gunungnya? Mampukah kamu lihat kotaku yang dirundung mendung dari atas sana? Mampukah sedikit saja ketinggian itu memanjakan rindumu yang menumpuk dalam dada?
Kamu tahu? Hatiku tidak berbeda jauh seperti gunung. Tentu saja gunung yang sulit didaki dan ditaklukkan, tidak seperti gunung Sinabung dan gunung-gunung lain. Hatiku adalah gunung yang banyak cobaan dan memerlukan banyak bekal ketabahan untuk sampai ke puncaknya.
Aku tak dapat memberimu puncak gunung yang lebih rendah. Aku hanya mampu berharap kamu tegar dan berdoa semoga kamu tak menyerah dalam perjalanan.
Sama seperti gunung, jika kelak kamu lelah memperjuangkan rindu yang menggebu untukku, lihatlah puncaknya. Ingatlah lagi untuk apa kamu memulai perjuangan jika bukan karena puncaknya.
Sama seperti gunung, jika kelak kamu tak sanggup lagi mendaki dan berjuang mencapai puncak sehingga puncak itu tampak begitu jauh dan tak mungkin kamu capai, lihatlah ke bawah. Ingatlah berapa jarak yang telah kamu tempuh, ingatlah untuk apa kamu bertahan selama ini memperjuangkan puncak yang tertinggi.
Tentu saja aku bersedia mendaki gunung untuk menaklukkan rindu, tapi setelah kamu berhasil taklukkan hatiku. Haha.
Selamat berpetualang! Semoga perjalananmu menyenangkan dan semoga kamu selamat sampai tujuan. Sampaikan salamku pada mentari indah yang akan menemuimu di puncak gunung Sinabung.
Diambil dari aratiararismala.com
No comments:
Post a Comment