Hari #28, 10 Februari 2013
Dear Les Paul Gibson,
Seharusnya saya menulis ini dengan Bahasa Inggris ya? Tetapi Inggris saya pas-pasan. Jadi saya harap ada malaikat yang mau menerjemahkan ini untuk Anda.
Hai, Tuan Gibson. Saya penggemar Anda dan sedang menabung untuk membeli barang yang Anda temukan pertama kali. Ya, saya ingin sekali punya gitar listrik.
Seharusnya saya menulis ini dengan Bahasa Inggris ya? Tetapi Inggris saya pas-pasan. Jadi saya harap ada malaikat yang mau menerjemahkan ini untuk Anda.
Hai, Tuan Gibson. Saya penggemar Anda dan sedang menabung untuk membeli barang yang Anda temukan pertama kali. Ya, saya ingin sekali punya gitar listrik.
Dari kecil saya mendengarkan ayah saya memainkan benda bersenar itu dan lama kelamaan saya jatuh cinta. Jika saya mendengar suatu lagu yang menurut saya bagus, saya akan berlarian ke rumah, mengunduh lagunya, dan mengubahnya sesuai yang saya mau dengan gitar butut saya—umurnya sudah 11 tahun—atau lebih, saya tidak tahu berapa lama ia mendekam di toko gitar—dan suaranya tetap oke kok. Dari situ saya percaya diri soal musik. Yaaah... bukannya permainan saya bagus. Saya memang orang yang over pede.
Tetapi orangtua saya tidak mengizinkan saya untuk bermain musik secara serius. Mereka selalu berkata, “Anggap saja itu hobi.” Begitulah. Tetapi saya bangga bisa bermain gitar meskipun hanya sekedar hobi. Mengapa? Karena dari jutaan remaja yang memiliki hobi buruk, saya bukan salah satunya. Saya bangga jika ada yang ‘menganggap’ saya hanya karena saya bisa—sekadar bisa—bermain gitar.
Bagi saya, gitar itu pacar paling setia. Disaat semua lelaki bermain kata untuk mendapatkan wanita, gitar saya yang usianya sudah 11 tahun tetap bernada sama tanpa harus memperindah diri agar dilirik gitaris yang lebih jago. Ia tetap di sini bersama saya, meskipun saya sering kali menjadikannya objek pembantingan saat kesal. Malah sekarang saya yang tidak setia; sedang berusaha menabung untuk mencari gitar yang lebih bagus.
Bagi saya juga, musik itu seperempat jiwa dunia. Musik berhasil mengenalkan Indonesia di mata dunia, dan mengenalkan dunia luar ke Indonesia. Musik bisa menyatukan segala etnis tanpa pandang bulu. Musik seakan suatu aliran magis yang membuat siapapun menjadi satu.
Karena itulah saya mencintai musik, mencintai gitar, dan mencintai Anda. Terimakasih telah membuat hari-hari saya berarti. Semoga Anda bahagia di alam sana karena doa penggemar selalu menyertai Anda.
Bagi saya juga, musik itu seperempat jiwa dunia. Musik berhasil mengenalkan Indonesia di mata dunia, dan mengenalkan dunia luar ke Indonesia. Musik bisa menyatukan segala etnis tanpa pandang bulu. Musik seakan suatu aliran magis yang membuat siapapun menjadi satu.
Karena itulah saya mencintai musik, mencintai gitar, dan mencintai Anda. Terimakasih telah membuat hari-hari saya berarti. Semoga Anda bahagia di alam sana karena doa penggemar selalu menyertai Anda.
Salam cinta,
(Semoga menjadi) gitaris
oleh @tullatul
diambil dari http://gulajawadua.blogspot.com
oleh @tullatul
diambil dari http://gulajawadua.blogspot.com
No comments:
Post a Comment