11 February 2013

Tinta Cinta Untuk Ibunda


Untukmu, Tinta Cintaku,

Simbok,

Ini surat keduaku. Meskipun surat yang kemarin belum sempat kubacakan tepat di hadapanmu, tapi aku janji suatu saat aku akan membacakannya untukmu. Aku tahu bahkan tanpa dibacakan sekalipun, kau selalu tahu isi hatiku. Sebab itu aku selalu mencintaimu. Dulu, kini, dan nanti. Sebab keterbatasanmu adalah kelebihan yang kumiliki saat ini. Sepenuhnya akan kukembalikan padamu, suatu saat nanti.

Simbok,

Maafkan aku, sebab aku tak bisa mengingat semua fragmen kehidupanku tentangmu. Tapi, tenang saja. Aku takkan pernah lupa setiap detik kebaikan yang kauberikan. Sebab semuanya terangkum dalam hatiku menjadi sebuah cerita panjang perjalanan kehidupanku. Proses hidup yang tak pernah lepas dari doamu, pelajaran hidup yang tak pernah jauh dari ridhomu. Terima kasih untuk itu.

Simbok,

Kau mungkin sudah lupa saat seringkali kau berkata, “Wis ben. Ora popo wong tuane bodo. Sing penting anake podho pinter.”

Bukan sekali saja kauutarakan itu padaku. Aku kecil waktu pernah mendengarnya. Saat itu aku baru saja lulus TK dan memasuki SD. Sekolah Dasar. Iya. Sekolah Dasar sebagai awal mula aku memperoleh pendidikan yang sesungguhnya. Tidak hanya sekadar menyanyi atau menggambar saja. Aku juga belajar tentang banyak hal. Semua berkat kegigihanmu untuk membiayai sekolahku.

Simbok,

Masa SD adalah masa-masa ujian kedekatanku denganmu. Betapa tidak, waktu itu aku yang bilang padamu untuk meninggalkanku.

“Mbok. Merantau aja. Enggak papa kok aku ditinggal.”

Simbok pun menurut. Dan, akhirnya sejak saat itu aku telah kautinggal merantau jauh ke Madura. Beruntung aku dilahirkan dari rahim seorang perempuan tegar sepertimu. Jadi, aku tidak cengeng. Aku menikmati masa kecilku meski jauh darimu. Sebab begitu, kau akan bisa membiayai sekolahku.

Simbok,

Kau memang perempuan biasa, tapi melahirkan anak-anak yang luar biasa dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan, kau tetap bangga dengan itu semua. Pun, dengan aku yang juga selalu bangga punya ibu seperti Simbok. Seorang perempuan renta yang tak pernah rapuh semangatnya. Seorang perempuan tua yang tak pernah menyerah berjuang sepanjang usia. Berjuang untuk kebahagiaan anak-anaknya melalui doa.

Simbok,

Cukup dulu ya. Besok disambung lagi.

Aku, dengan segenap cintaku.
@momo_DM

Ditulis oleh : @momo_DM
Diambil dari http://bianglalakata.wordpress.com

No comments:

Post a Comment