Maafkan Aku…
Dear Mey,Kalau otot lenganmu yang cedera masih terasa sakit untuk menulis, sebaiknya jangan dipaksakan membalas suratku. Sungguh tak apa, Mey. Aku tak akan memaksamu. Sama seperti halnya dahulu saat kau mengajukan dirimu untuk menulis duet surat #DuaHati, aku tak memaksamu cdapat sejauh mana kita saling berbalas surat.
Mengenai perihal judul suratmu yang kemarin, I do, I can.
Aku belum jelas maksudnya, sampai saat aku menanyakan langsung padamu. Dan ternyata seperti itu – perihal hal perih yang tak dapat kubagi di surat ini. Ah, aksara-aksaraku terlalu untuk merangkainya, hingga salah terbaca oleh hatiku sendiri. Atau memang pikiranku yang terlalu senang menipu. Entahlah.
Maafkan aku, May, kalau kemarin kau sempat berpikir aku mendiamkanmu. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku merenung?
Indra
Aku belum jelas maksudnya, sampai saat aku menanyakan langsung padamu. Dan ternyata seperti itu – perihal hal perih yang tak dapat kubagi di surat ini. Ah, aksara-aksaraku terlalu untuk merangkainya, hingga salah terbaca oleh hatiku sendiri. Atau memang pikiranku yang terlalu senang menipu. Entahlah.
Maafkan aku, May, kalau kemarin kau sempat berpikir aku mendiamkanmu. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku merenung?
Indra
---
Surat balasan @meyDM untuk @acturindra
Mencintai dengan (tak) Sederhana
Dear Indra,
Ada hadiah (lagi) untukmu. Sebuah puisi yang mungkin sudah kaukenal dan baca berulang kali.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhanaMungkin aku tak mampu mencintai dengan sederhana. Labirin dalam kepalaku, tak banyak orang yang ma(mp)u menjelajahnya. Di genggamanku, cinta berubah tuba, tak lagi manis dan menyenangkan. Namun, jika diberi kesempatan, aku ingin mencintai sesederhana yang aku mampu.
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
Kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
Kepada hujan yang menjadikannya tiada
~SDD
(Mey)
Diambil dari meydianmey.wordpress.com
No comments:
Post a Comment