11 February 2013

Dwiwarna Pelangi


Teruntuk,

Dwiwarna Pelangi.

Garis dua garis di antara warna-warni pelangi. Kau bermain di hitam dan putih. Memilih bersembunyi daripada menari. Kau serupa warna yang kau lukis dengan cahaya diri, tak peduli kuas kan habis terurai tirani.

Berhitunglah, 1 hingga 10. Mungkin kau temukan 5 setelah 6 atau 7 setelah 8. Tak peduli sayang, sayap-sayap hitam kan jadi kuas sebuah lukisan alam. Dengan warna yang tak mungkin pudar, meski 10 sebuah akhir dari ketukan. Berkacalah pada lautan, kau serupa gelap namun pelengkap sebuah percaya dalam; serupa dingin yang hangat; serupa warna bagi hidup yang terang.

Tersenyumlah, sayang. Satu per satu awan yang kau kumpulkan berorasi formasikan bulir-bulir hujan di tengah sedih. Di antara warna meramu hingga air mata di teluk asa, angin pun singgah hilang. Dingin terkadang hampa tanpa lengan sebuah pelukan. Lelah sungguh lelah kau rasa tuk sandar sebentar. Maknailah gelap sebagai pelita, mungkin disana kau temukan bahagia.

Turunlah sejenak. Peluk bumi dan cium di kaki. Hentikan getir dan amarah sang petir. Meminta restu pada jiwa amatir. Berhilir mencari hulu di langit. Mungkin ada pelangi diujung bibir. Seraya doa dari lagu-lagu yang mencair menarikan aksara di hatimu yang satir. Bersabarlah, semesta kan berbaik hati memberi air pada hidup yang kering.

Tertanda,

Wanita Sore.

(dedicated to @icchasiregar)

Oleh @iiTSibaranii kepada @icchasiregar
Diambil dari http://iitsibarani.wordpress.com

No comments:

Post a Comment