Ayah, aku sudah pandai menulis. ini suratku untukmu.
Ayah, coba lihat.
Ibu selalu termenung di setiap senja, di depan teras rumah kita. katanya senja itu banyak kenangan tentang cinta kalian.
Ibu selalu merenung dan matanya selalu basah, setiap senja, selama 13 tahun terakhir, sejak engkau pergi.
Katanya senja juga merupakan waktu kepergianmu.
Aku belum pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan cinta sejati, aku hanya bisa rasakan kesedihan setiap melihat ibu selalu duduk di teras, memandang taman yang di penuhi oleh tetes-tetes sisa air hujan, lalu matanya juga dipenuhi tetes-tetes air mata.
Aku bilang pada Ibu, untuk lupakan semua barang peninggalanmu, lupakan kenangan tentangmu. namun Ibu bilang, sekarang Ayah cuma bisa hidup dalam kenangan kami, dan tak ada yang bisa menggantikan posisimu, Ayah. Itukah cinta sejati yang sesungguhnya?
Kalau saja aku bisa meminta pada Tuhan, aku ingin tukarkan jantungku padamu ayah. Agar aku saja yang ke surga. Agar kau tetap menemani ibu di teras setiap senja, sepanjang masa.
Sayangnya jantungku harus menyaksikan air mata Ibu setiap harinya, dan itu sakit.
Oleh @unidzalika
Diambil dari http://chairanidzalika.blogspot.com/2013/01/ayah-coba-lihat.html
No comments:
Post a Comment