Kemarin...
Perasaanku masih menggenggammu dalam dangkal mimpi yang sebentar. Aku tak basah. Kau tak membanjiriku. Dangkal.
Kemarin...
Aku masih mampu
mengukiri batu kenangan dengan senyum yang meski palsu di hadapan
(telefon) mu. Aku katakan saja aku baik-baik saja.
Kemarin...
Aku masih mendengarmu
menyeletuk sedikit "kau suka sekali berbohong" segera setelah kukatakan
"aku sudah sehat dan tak perlu obat".
Kemarin...
Se-kemarin-ku hanya ada kau dalam seluruh neuron otakku yang bekerja. Mereka membuat replikamu untuk tetap hidup dalam hatiku.
Kemarin...
Ah sudah banyak kemarin
yang kubicarakan. Jariku tak mampu mengetik lebih banyak kemarin
tentangmu meski ada banyak kemarin yang bermain diperasaanku, diotakku.
Aku tau ada lebih banyak besok yang harusnya kusiapkan tanpa kamu tapi
aku tak tau mengapa hanya kemarin yang berputar-putar disini, di dadaku.
Kau belum pergi, meski sesungguhnya kau sudah pergi.
Kemudian...
Kita meninggal dalam akhir yang kuyakini tak bahagia. Tak ada lagi kita hanya ada aku yang sendiri meniadakan.
Oleh @_berhujan sumber: http://hujanisme.blogspot.com
No comments:
Post a Comment