20 January 2013

Surat #DuaHati @merelakan dan @shcl

Terima kasih, Sal...

Kepada Salsa,

Terima kasih, Sal…


Ya, terima kasih karena telah begitu mengingatku. Terima kasih untuk semua nasihatmu. Iya Sal, aku di sini juga sedang berusaha untuk tak tidur larut malam lagi tapi tahu sendiri kan aku tak pernah bisa benar-benar terlelap dengan cepat ketika malam. Entah apa yang salah namun memejam bagiku perlu usaha berlebih. 


Kupang belum sekalipun diguyur hujan Sal, di sini panas terik setiap hari. Jika malam, anginnya dingin. Jaga kesehatan ya kamu, terlebih jika sudah memasuki musim penghujan seperti ini. Jangan lupa minum vitamin yang dulu pernah aku belikan untukmu sebelum berangkat ya? Kamu memang pengingat ulung Sal dan tak pernah berubah. Sebenarnya waktu itu salahku juga mengajakmu pergi namun tak membawa mantel. Padahal mendung sudah sedari pagi menggantung. Aku merasa bersalah sekali Sal waktu melihatmu menggigil karena kehujanan.

Salsa, mungkin sudah saatnya kamu menemukan laki-laki yang mampu menjagamu dan menemanimu di sana. Toh, aku kini tak mampu lagi menemanimu, terlebih ketika kamu butuh sesuatu. Jarak kita memang jauh Sal, terimalah itu. 

Jaga dirimu selalu,
Adit.




Oleh @merelakan untuk @shcl
Diambil dari adityadaniel.com 


---


Surat balasan @shcl untuk @merelakan

Terima Kasih Kembali

Kepada Adit,
Selamat pagi! Suratmu kali ini datang lebih cepat daripada sebelumnya. Ketika Ibu Kost-ku menyerahkannya, yang aku rasakan hanya senang karena tak sabar mendengar kabarmu di pulau yang jauh di seberang.
Adit, tanpa kamu minta pun aku akan selalu mengkhawatirkanmu, jadi kamu tidak perlu berterima kasih seperti itu. Aku hanya selalu teringat kalau kurang tidurmu itu lama-lama akan membuatmu jatuh sakit, tapi baguslah jika sekarang kamu mencoba untuk terlelap dengan lebih cepat. Semoga usahamu akan berhasil juga meski lambat.
Sekali pun aku pencandu hujan, menikmati panas yang terik sepertimu sekarang tentu menyenangkan. Vitamin yang kamu belikan selalu kuminum setiap hari Dit, bahkan sekarang sudah nyaris habis. Terima kasih ya. Dengan terik seperti itu, apa kamu sudah berjalan-jalan ke seluruh penjuru kota? Tentu berbeda sekali dengan Jakarta ya. Aku saja tetap merasa Jogja jauh berbeda, padahal kota ini kan termasuk kota besar juga. Ah Dit, kamu tidak perlu merasa bersalah, aku juga kan yang tetap memaksa pergi ketika kamu sudah ingin membantalkan rencana kita? Saat itu aku tenang Dit, dan bagiku itu sudah cukup. Aku memang pengingat yang ulung, namun yang akan selalu aku kenang adalah kenangan-kenangan yang membuatku merasa menjadi orang paling beruntung. Kenangan denganmu Dit, yang membuatku selalu merasa tak akan menemukan lagi yang dapat bersamaku seperti kamu.
Jujur saja, membaca bagian terakhir suratmu sedikit membuatku sedih. Rasanya jarak di antara kita seperti tak akan ada habisnya. Jangan terlalu mengkhawatirkan aku, Dit. Aku sudah nyaman dengan kesendirian, mungkin nanti saja kalau akhirnya ada yang menarik bagiku, tapi sejauh ini kehadiran laki-laki bukan menjadi perhatian utamaku. Kamu sendiri bagaimana? Apa ada teman kantormu yang menarik perhatian?
Cukup dulu suratku, hari ini aku akan pergi. Tenang Dit, tidak sendiri. Beberapa teman dan seniorku mengajak pergi ke alun-alun dan keraton. Semoga menyenangkan. Terima kasih juga untuk kekhawatiranmu sedari dulu, bahkan hingga sekarang.


Diambil dari shcal.blogspot.com
 

No comments:

Post a Comment