20 January 2013

Surat Perpisahan untuk Bayanganmu


Selamat pagi, kamu yang tatapnya pernah menghadirkan rona merah pada pipi.

Bagaimana kabarmu sekarang? Sudah hitungan tahun aku tak melihatmu, bertukar sapa pun hanya ketika aku mengucap selamat ulang tahun beberapa bulan lalu. Kesibukkanku lebih kurang berpengaruh besar dalam upaya melupakanmu, kepindahanku pun banyak membantu dalam membuatku berhenti memikirkan segala tempat yang penuh kenangan tentangmu; kamu kini tak lebih dari sekumpulan memori yang tak ingin aku kunjungi lagi.

Aku masih ingat jelas ucapmu senja itu, “Aku sayang kamu.” Begitu ujarmu. Namun kali itu aku mengerti, kita tak akan pernah satu. Aku memilih pergi, Sayang. Kali itu aku yang memilih. Pergi tak pernah menjadi bagian dari rencana, namun sayangnya harus terlaksana. Bersama denganmu memang berarti bahagia, namun bahagia bersama berarti siap denganmu yang akan pergi suatu waktu. Dan aku tidak bisa. Aku sudah sepenuhnya mengerti; kita hanya ada untuk akhirnya dipisahkan kembali.

Karenanya, ini adalah surat terakhirku. Sesungguhnya bukan untukmu, tapi untuk bayanganmu. Kamu sudah lama tiada, bayanganmu yang masih tak hentinya nyata dalam kepala. Anggaplah surat ini sebagai selamat tinggal, sebagai perpisahan untuk apa yang bertahun-tahun lalu membuat kita pernah saling memperjuangkan. Aku hanya ingin kembali sepenuhnya jatuh cinta, tanpa dibayangi masa lalu akan kita. Aku hanya ingin kembali berbahagia.

Sudah cukup, ini saja. Selamat tinggal, kamu.

Semoga nantinya, bahagia akan jadi milik kita; meski itu berarti tak akan pernah bersama.


Selamat tinggal, Bayanganmu.


oleh @shcl
diambil dari http://shcal.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment