Si Cantik yang Pandai Membuat Iri
Dear Mey,
Hai cantik, lagi-lagi aku menjadi pusat
perhatian orang-orang, baik di tempat kerjaku maupun di dalam
Trans-Semarang saat aku membaca ulang surat yang kau kirimkan padaku
kemarin. Kau tahu, aku sengaja membuat mereka iri padaku. Aku tahu
mereka akan iri padaku, tatapan mereka padaku menyiratkan itu. Haha
siapa yang tidak akan iri bila setiap hari selalu dikirimi surat cinta
oleh gadis manis sepertimu. Jangan kau pikir aku sedang menggombalimu
ya, aku tak pandai menggombal. Kau tahu itu kan. Haha…
Tempo hari lalu kau ke Bandung, Mey?
Sendirian lagi. Kenapa tidak memberitahuku. Ya ya ya, aku tahu kau
senang jalan-jalan sendirian. Tapi setidaknya kau mengabariku, Mey, dan
memberiku alasan untuk mencemaskanmu seratus kali lipat dari hari
biasanya. Bukan, bukan insecure. Kau tahu kan, aku bukan lelaki semacam
itu. Bukan lelaki yang mengekang aktivitas bersosialisasimu. Aku cuma
takut kau kenapa-kenapa dan aku tidak tahu sama sekali, ah kekasih macam
apa aku kalau sampai demikian terjadi. Tapi ya sudah, lain kali kalau
kau merencanakan traveling beritahu aku terlebih dahulu, aku takkan
melarangmu, Mey. Takkan.
Oh ya bagaimana dengan pekerjaanmu di
kenoktariatan, sedang sibuk kah? Kupikir kemarin kau tak akan membalas
suratku. Kalau memang sedang sibuk-sibuknya, tak perlu kau memaksakan
diri untuk membalasnya, Mey. Cukup kirimi saja aku emoticon titik dua
kurung tutup atau titik dua bintang melalui pesan singkat, itu sudah
cukup menyenangkan aku.
Mengenai kernyitan dahiku saat melamun
dan menjaring ide-ide untuk sebuah konsep desain, sebaiknya kau tak
membayangkannya, Mey. Sebaiknya jangan, karena saat-saat demikian aku
tak rupawan, Mey. Hahaha… kau akan melihatku jauh lebih tua ketika
serius. Tetapi lain hal saat aku membaca suratmu atau perihal lainnya
mengenai dirimu yang membuatku tersenyum, kau dapat membayangkan anak
ABG yang baru mendapatkan ciuman pertama? Nah seperti itulah, pipiku
akan bersemu merah. Hahaha…
Mey, perempuan bermata rembulan yang
kukasihi. Aku tak pandai membuat surat-surat berfrase-frase manis
sepertimu, akupun tak lihai menangkap kata-kata gombal untuk membuatmu
tersipu sepanjang hari. Maka dari itu biarkan hari ini aku melewatkannya
dengan berdoa dalam hati, berdoa untuk kau, untuk kita. Semoga Tuhan
melindungimu di sana dan menjaga hatiku tetap untukmu.
Indra
Oleh @acturindra untuk @meyDM
Diambil dari senjasorepetang.wordpress.com
---
Surat balasan @meyDM untuk @acturindra
Aku Butuh Tinta Saat Tersesat
Dear Indra,Aku menulis sesuatu. Bukan untukmu, memang. Tulisan ini tidak sedang kutujukan untuk suatu sosok tertentu. Bukan karena kau tak penting, sama sekali bukan karena itu. Hanya, seorang teman sering berpesan padaku: “Pada dasarnya, manusia tak pernah menulis, melukis, maupun mencipta sesuatu yang ditujukan untuk manusia atau makhluk lainnya. Manusia menulis, melukis, maupun mencipta sesungguhnya untuk mencari dan menemukan tujuannya, muaranya.”
Teruntuk engkau, yang mencintai keheningan
Aku mengerti, engkau mencintai hening sebesar ranting-ranting mencintai dedaunan
Seperti tangis pilu yang terdengar pada malam-malam musim gugur
Tak satu daunpun ingin jatuh, tak satu rantingpun cukup kuat untuk memeluk
Seperti itulah Tuhan melukiskan takdir sepasang kekasih
Tak semua angan bisa menyatu dalam ingin, kadang beberapa angan dicukupkan dalam dingin kenangan
Teruntuk engkau, yang mencintai keheningan
Aku berhenti melangkah di batas terluar hutan batinmu
Sebab aku tak mampu menerka akan jadi apa tubuhku kelak jika terus menapak
Aku ingin menjadi sebatang pohon, tempat bersandarmu
Dengan bebatuan api di sekelilingnya, untukmu menghangatkan diri
Namun, bisa saja aku ditakdirkan sebagai jamur beracun, membuatmu luka dan mati
Teruntuk engkau, yang mencintai keheningan
Aku butuh tinta saat tersesat
Aku akan melukis untuk menemukanmu
Pemandangan indah yang memahat senyum di setiap topengku
Aku ingin melukismu.
Aku akan melukismu.
(Mey)
Diambil dari meydianmey.wordpress.com
No comments:
Post a Comment