20 January 2013

Aku Menyerah


selamat pagi pada kamu yang mungkin tak akan pernah membaca ini.

rintik hujan yang lembut masih menari ketika aku menulis ini, beberapa dari mereka malah melengket dijendela kamarku dan berusaha untuk tau aku menulis apa lagi tentang kamu, ini surat cinta yang ke enam, seharusnya kemarin aku mengirimkanmu surat kaleng, tapi karena begitu banyak pertimbangan, maka akhirnya tidak jadi kukirimkan.

sampai pada paragraf ini, sebenarnya aku tidak tau apa yang ingin aku tuliskan lagi. sakit hati perlahan membuncah dari dadaku, ada sesak yang menyelimuti paru-paruku. tapi aku akan berusaha menyelesaikan tulisan ini walau mungkin tak akan  terbaca olehmu.

aku mengehela napas sembari berpikir apa yang akan kukatakan pada kamu. pertama, mungkin aku akan minta maaf, minta maaf karena aku telah begitu lancang jatuh cinta pada kamu. minta maaf karena aku berharap dari setiap kebersamaan kita, minta maaf karena aku telah begitu berani memasuki kehidupanmu. aku minta maaf untuk semua itu.

kemarin, akhirnya aku jujur pada perempuan itu, perempuan yang menjadi kekasihmu. perempuan yang serupa malaikat itu memang baik sekali, senyumnya meneduhkan, pandangannya menenangkan, setelah berbicara dari hati kehati dengan dia, aku menemukan alasan kenapa kamu, lelaki yang kucintai, begitu jatuh cinta pada perempuan itu, ya karena dia begitu baik. dan beberapa alasan yang sudah kusebutkan diatas.
akhirnya kukatakan semuanya, tentang aku yang jatuh cinta kepada kamu, tentang semua kecurigaan orang terdekatnya mengenai perasaanku. akhirnya, dengan gamblang kuakui dihadapannya, bahwa aku mencintai kamu. lalu dia meremas jariku, dan meminta maaf seolah-olah yang bersalah adalah dia. ya Tuhan.. begitu jahatnya aku hingga pernah berusaha mengambil kebahagiaan perempuan ini? 

aku menitikkan beberapa air mata di hadapan perempuan itu, di tersenyum, lalu bilang tidak ada yang perlu dimaafkan. aku berterima kasih pada Tuhan untuk itu.
lalu kamu, yang ternyata mulai menghilang dari peredaran tata surya imajiku, yang sinar cahayamu bukan lagi redup, tapi tak bisa kutemukan dimana. 
dan walaupun masih mereka-reka, mungkin saja, mungkin saja aku tau jawabannya.
seperti pada surat kedua ku, kau mungkin menghindariku untuk menjaga perasaan malaikatmu itu, dan juga untuk mematikan rasa cinta yang ada di hatiku. tapi kenapa harus dengan cara begini? kenapa kau harus menyiksaku dengan cara seperti ini. dimana kamu yang dulu? inilah salah satu alasan aku tak mau kamu sadar tentang perasaanku, aku takut kamu malah menghindariku.

pada akhirnya, aku berjanji pada perempuan itu untuk melupakanmu. meski aku harus bersusah payah, akan kulakukan. keadaanpun memaksaku untuk membohongi perasaan, mengubur semua hal yang bahkan belum ingin mati. dan aku tak bisa apa-apa selain melakukan semua itu, untuk bahagiamu, untuk bahagianya, untuk bahagia kalian. aku harus rela pergi dan melupakan semua yang pernah kita lewati. atau mungkin membuangnya ke tempat sampah.

jika seandainya, kamu membaca surat ini, sekali lagi aku minta maaf karena telah mengusikmu. karena pada akhirnya, aku sudah lemah, aku terlampau lelah, lalu kalah. berbahagialah, aku sudah menyerah.
terakhir, terima kasih sudah mengizinkanku jatuh cinta padamu, walau jatuh cintaku hanya satu arah tanpa balas.



yang mencintaimu


Stephanie Litha


oleh @StephanieLitha
diambil dari http://stephanielitha.blogspot.com/

No comments:

Post a Comment