20 January 2013

Surat #DuaHati @fairyteeth dan @Inirudy

#DearL, Kamu Percaya?

Dear L,

Alhamdulillah, rumahku tidak banjir di derasnya volume air hujan dua hari belakangan ini. Gimana kosanmu, masih mati listrik?

Aku membaca surat balasanmu sambil khawatir hujan turun semakin deras dan Jakarta akan semakin lumpuh. Sebagaimana sekolahku yang tiba-tiba hari ini diliburkan, padahal kemarin tidak. Kalau situasi seperti ini terus, bila tidak terlalu perlu keluar rumah, sebaiknya tidak usah, tapi jangan lupa memenuhi (kalau tidak ingin dibilang menumpuk) segala keperluan dasar untuk bertahan hidup. Bila masih ada tenaga yang berlebih dan hati yang lapang, membantu lingkungan sekitar yang kebanjiran sepertinya merupakan tindakan yang  cukup bijak, tapi jangan lupa memperhatikan kondisi diri sendiri juga sebelum membantu orang lain. Or at least saling share tips, suasana bajir atau lalu lintas di kanal sosial media juga membantu banget. Oh, jangan lupa juga menampung air bersih dan mengisi segala baterai gadget, karena dalam situasi ini gadget membantu banget sebagai alat komunikasi. (emang sebelumnya gak penting dit?). Untung pas kemarin kita janjian Banjir belum merajai jalanan ibukota dan mengubahnya jadi sungai seperti dua hari ini ya.

Well, sudah berapa lama kamu tinggal dan bekerja di Jakarta, 5 tahun? Gimana rasanya ketika menghadapi situasi seperti ini? Temanku pernah berkata, “Jakarta is like our mom, teach us how to survive.” Sepertinya kali ini ibu kota sedang mengajarkan lagi kita (anak-anaknya) cara untuk bertahan hidup. Kalau dihitung sudah beberapa kali aku mengalami banjir Jakarta seperti ini, ya iyalah Dit kamu seumur hidup lahir dan besar di kota yang egois ini, Mungkin ini juga seharusnya jadi motivasi yang memicu diriku untuk bisa keluar dari zona nyaman ini dan belajar hidup sendiri di kota lain yang bukan kota tempatku dilahirkan dan dibesarkan. Tapi.. Aku masih mempertimbangkan ke kota mana akan kubiarkan kakiku melangkah…

Kamu percaya cinta pada pandangan pertama? (bahasa kerennya Love at the First Sight gitu).
According to wikipedia, Love at first sight is a common trope in Western literature, in which a person, character, or speaker feels romantic attraction for a stranger on the first sight of them. Described by poets and critics from the Greek world on, it has become one of the most powerful tropes in Western fiction.
Greek
In the classical world, the phenomenon of “love at first sight” was understood within the context of a more general conception of passionate love, a kind of madness or, as the Greeks put it, theia mania (“madness from the gods”). This love passion was described through an elaborate metaphoric and mythological psychological schema involving “love’s arrows” or “love darts,” the source of which was often given as the mythological Eros or Cupid, sometimes by other mythological deities (such as Rumor). At times, the source of the arrows was said to be the image of the beautiful love object itself. If these arrows arrived at the lover’s eyes, they would then travel to and ‘pierce’ his or her heart, overwhelming them with desire and longing (love sickness).
Psychological conceptions
Research has shown two bases for love at first sight. The first is that the attractiveness of a person can be very quickly determined, with the average time in one study being 0.13 seconds. The second is that the first few minutes of a relationship have shown to be predictive of the relationship’s future success, more so than what two people have in common or whether they like each other
Yeah, I do believe. Kamu udah sering banget pastinya mendengar “curhat” ku soal yang satu ini ya.. Entahlah, buatku jatuh cinta itu kalau gak love at the first sight, yo mesti witing tresno jalaran soko kulino. So, either sama sahabat sendiri, atau sekalian sama stranger. Tau banget-banget soal orang itu, atau mending gak usah tau aja sama sekali. Beberapa orang menganggap, gak ada lah itu jatuh cinta pada pandangan pertama, yang kemungkinan terjadi adalah naksir pada pandangan pertama. Karena konon naksir sama cinta itu beda. Entahlah.. Tapi menurut psychological, bahwa pertemuan pertama memang berpengaruh kok terhadap ketertarikan dan kelangsungan hubungan kedepannya.

Buatku cinta itu take it or leave it. Ketika sudah memutuskan untuk mencintai seseorang (sesuatu), aku berusaha untuk menerima dia apa adanya, karena kalau benar-benar mencari orang yang sesuai dengan bayanganmu, kawin aja sama kloninganmu. Dan satu yang pasti, lower your expectation, because expectation kills. Don’t judge, apalagi karena pasti belum kenal toh, namanya juga stranger.

L, sudah jatuh cinta belum sama Jakarta? atau malah jadi benci karena bencana banjir yang terjadi akhir-akhir ini? Kalau jatuh cinta sama salah satu gadis Jakarta sudah belum? #eh. Anyway, I already pick three city, nanti kamu bantu pilihin yaaa… Dua diantara tiga kota itu pernah membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama (sama kotanya ya, bukan sama penduduk kotanya). :lol: 

Sincerely,
D.

 Oleh @fairyteeth untuk @Inirudy
Diambil dari di-ta.com


---


Surat balasan @Inirudy untuk @fairyteeth


#DearD, Cinta yang Kuyakini 

Dear, D

Syukurlah suratku nyampe juga. Tidak ikut hanyut terbawa banjir. Kekhawatiranku atas keadaanmu pun sudah terjawab setelah membaca suratmu. Aku di sini pun baik-baik saja.

Di mana aku sekarang maka aku berusaha untuk mencintainya. Aku tahu tidak cuma ratusan tapi ribuan atau bahkan jutaan orang mengeluh hidup di sini. Karena macet yang bisa membuat tua di jalan? Karena hujan yang bisa mengakibatkan banjir? Tapi, apa gunanya mengeluh? Cuma akan menambah perasaan tidak betah padahal aku masih harus di sini. Aku di sini sekarang bukan sebagai seorang pelajar, mahasiswa atau pekerja yang punya “masa kontraknya” cuma beberapa tahun setelah selesai bisa pulang atau berpindah tempat. Bisa jadi hidupku akan habis di sini. Jadi yang kulakukan membuat tempat tinggalku sekarang ini menjadi senyaman mungkin. Termasuk mencari orang-orang baik seperti kamu dan teman-temanku yang lain.

Oh ya..

Aku tidak percaya cinta pada pandangan pertama sepertimu. Perasaan yang timbul saat pandangan pertama mungkin cuma rasa suka, bukan cinta. Memang ketika kita (kita?) sedang dihadapkan pada sosok yang menarik atas tangkapan indera penglihatan, emosi yang timbul akan campur aduk : senang, bahagia, jantung berdetak tidak beraturan, keringat dingin, bicara gagap, tubuh menjadi ringan kayak mau terbang.. Hentikan kalau memang sudah terlalu berlebihan. Hehe. Tapi, ketika seseorang itu sudah tidak di hadapan kita, perasaan akan balik seperti biasanya kan? Ah entahlah aku dapat teori dari mana.

Cinta yang kuyakini itu perasaan yang tumbuh seiring dengan berjalannya waktu setelah mengenal satu sama lain. Perlu proses. Bisa saja perasaan yang tumbuh memang tindak lanjut dari pandangan pertama, tapi jika demikian bukankah lebih pantas disebut sebagai cinta setelah pandangan pertama? Ini teori suka-sukaku, D.

Sekali lagi aku pun tidak sependapat denganmu tentang jatuh cinta pada sahabat sendiri. Bagaimana bisa kita membedakan perhatian yang diberikan dari orang yang sudah terlalu dekat dengan kita? Jangan-jangan cuma ge-er. Begitupun sebaliknya, bagaimana kita meyakinkan perhatian kita pada orang yang terlalu dekat. Bisa-bisa malah jadi sakit hati sendiri kan? Atau memang tidak cocok saja untuk orang yang kurang peka sepertiku?

Akhirnya kamu benar-benar memutuskan berpindah kota setelah lulus nanti? Bagaimana kalau aku ingin bertemu kamu, sekedar berbincang ditemani segelas kopi setelah nonton film bioskop seperti yang biasa kita lakukan? Tapi, apapun pilihanmu aku akan mendukungmu. Berdoa yang terbaik untukmu. :)

Btw, aku sedang kangen tapi entah pada siapa..

Sincerely,
L



Diambil dari inirudy.wordpress.com  

No comments:

Post a Comment