31 January 2013

Bukan Surat Cinta


Dear Bahlul,

Ini bukan surat cinta, tapi surat untuk melarangmu agar tidak mencintaiku.

Aku bukan wanita yang baik, bukan pula yang terbaik bagimu. Jangan bilang itu lagi, karena bagiku, kebaikan itu adalah memahami dan mengerti keadaan seseorang, lalu mengikhlaskan segala yang dimilikinya untuk membantu dan menyenangkan orang tersebut, juga orang di sekitarnya. Aku tidak. Aku sering berkali-kali membencimu. Aku benci caramu menyukai perempuan yang baru kamu kenal. Aku juga tidak suka ketika kamu mau menjadi orang ketiga, kamu sama sekali tidak memikirkan perasaanmu sendiri. Sudah berkali-kali aku mengingatimu. Bagaimana aku bisa baik-baik kepadamu?

Aku tidak cantik. Menurutku masih cantikan mantanmu yang pertama, kedua dan ke empat. Sudah kubilang kamu bodoh, kenapa memutuskan salah satu dari mereka. Kalau tidak, mungkin sekarang kamu sudah menjadi pasangan yang ideal, yang diiri-irikan olehku dan teman-teman kita. Lalu kamu tidak perlu bergalau-galau menemaniku setiap sore. Atau memetik gitarmu, menyanyikan lagu-lagu cengeng dan kamu berhasil membuatku ikutan galau. Dan setiap malam Sabtu, kita tidak perlu repot-repot mencari cafe dengan live musik dan kamu tidak perlu berpura-pura ngantuk mendengarkan curhatanku. Apa sih yang ada di pikiranmu untuk memutuskan salah satu dari mereka? Bahlul… bahlul.

Aku tidak wangi. Parfum saja aku tidak punya. Tidak seperti kamu yang mau menghabiskan beratus-ratus ribu untuk sebuah parfum dengan ukuran mini. Dengan uang sebanyak itu, aku bisa mentraktir kamu makan di restoran soto padang kesukaanmu, dua kali tamboh! Lalu aku traktir kamu jagung bakar sambil bermandikan matahari di pinggir pantai, kapan saja kamu mau! Dan masih banyak sisa untuk membelikanmu 5 kotak obat sakit kepala. Supaya kamu tidak punya alasan ‘lagi sakit kepala’ memikirkan mantanmu yang berkhianat, mobilmu yang masuk bengkel atau bb mu yang suka nge hang. Dan aku masih ada sisa duit untuk memanjakan diriku sendiri membeli sebotol shampoo dan conditioner, mungkin sekalian dengan hair spa treatmentnya. Wanginya seperti campuran jeruk dan vanilla, seperti yang kamu bilang. Heeeey, kamu suka diam-diam mencium wangi rambutku ya?

Apa lagi yang kamu bilang kemarin? Aku mengerti kamu? Lul, kamu sadar gak sih kalau kita sering berantem. Gara-gara kamu yang suka bergadang sampai subuh, lalu aku terpaksa menelponmu pagi-pagi untuk mengingatkanmu kuliah. Atau kamu yang suka keluar malam, mengajakku makan sate atau nasi goreng kambing. Kamu sudah ku bilang berkali-kali, banyak istirahat, Lul. Jaga kesehatan kamu. Kalau aku bilang belum makan, tidak perlu mengantarku makanan atau memaksaku mengajak makan malam. Aku malas sama orang yang mengeluh sakit tapi tidak bisa menjaga kesehatannya sendiri. Setelah baca surat ini pasti kamu bergadang lagi tengah malam, ngakunya buat lagu, mencari inspirasi, padahal kamu main PS. Aku gak ngerti kamu, Lul.

Mungkin kamu kemarin terbawa suasana. Kamu menatapku dalam-dalam dan mengatakan cinta dengan tangan gemetaran. Mungkin akhirnya kamu sadari bahwa aku yang kasihan ini, menjadi sahabatmu, betah berlama-lama mendengarmu curhat tentang kehidupan, tentang cita-citamu, tentang sesuatu yang kamu inginkan. Segala apa yang kamu inginkan, pasti akan tercapai. Kalau untuk urusan cita-cita, aku mendukungmu, Lul. Kita punya keinginan yang sama, jalan-jalan menyusuri pantai-pantai di seluruh dunia. Kemana pun kamu pergi, aku ikut, Lul. Tapi ingat, aku bawel. Aku manja. Aku keras kepala. Kamu tahu itu.

Jangan mencintaiku. Jangan.

Aku takut suatu saat aku jatuh cinta padamu dengan segala kekurangan tentang kita dan kamu sanggup melengkapi setengah hidupku.

Dari Aku,

Perempuan yang Bodoh.


Ditulis oleh : @donagotwit
Diambil dari http://piethstop.wordpress.com

No comments:

Post a Comment