21 January 2013

Untuk Cinta Lamaku

Dear, cinta lamaku…

Apa kabar kamu sekarang? Ini tahun keenam sejak kita tak lagi bersama. Bagaimana dengan kabar orang tuamu? Mereka sehat-sehat saja kan? Aku rindu dengan secangkir cokelat panas yang ibumu buatkan setiap kita pulang dalam keadaan basah kehujanan dan kedinginan. Oh iya, adik lucumu itu, sekarang pasti sudah besar ya? Aku ingat ketika dulu dia sering merengek minta kugendong dengan pipi tembemnya yang seperti kue serabi. Menggemaskan sekali!

Tiba-tiba saja aku teringat padamu malam ini, saat aku meniti jalan setapak yang dulu pernah kita lewati bersama, bergandengan tangan. Kamu yang begitu perhatian padaku dan aku yang masih malu-malu untuk dekat denganmu. Yah, bagaimanapun kamu pernah memberikan kenangan indah penuh cinta padaku. Sudah selayaknya aku masih mengingatmu sampai sekarang. Tapi apakah kamu masih mengingatku sebagai orang yang sama seperti masa silam?

Kamu ingat kotak merah pemberianmu? Aku masih menyimpannya sampai sekarang. Semua surat cinta darimu masih ada di dalamnya dan kadang diam-diam aku membacanya di kamar, di tengah malam seperti ini. Dulu kamu pernah bertanya padaku, kapan aku akan menuliskan surat cinta untukmu. Jujur, aku nggak bisa merangkai kata indah nan puitis sepertimu dan aku malu mengakuinya. Makanya aku nggak pernah mau ketika kamu meminta balasan surat cinta dariku. Maafkan aku kalau baru sekarang aku bisa menuliskan sepucuk surat cinta untukmu.

Kalau kamu membaca surat ini, jangan berpikiran macam-macam dulu. Aku nggak rindu kamu kok… Aku hanya ingin sekedar tahu keadaanmu. Nggak ada salahnya kan, kalau aku ingin tahu kabarmu meskipun kita sudah nggak lagi bersama? Atau mungkin kamu juga sempat ingin tahu keadaanku, tapi kamu malu menanyakannya padaku? Sebelum kamu bertanya, aku ingin mengabarkan kalau aku baik-baik saja. Oh, dan sekarang aku juga bahagia. Semoga kamu pun juga bahagia, sama sepertiku.

Mungkin kamu lupa denganku, karena sibuk menari bersama para bidadari di surga. Tapi aku bahagia karena kini kamu bisa kembali tertawa seperti sebelum vonis mati itu menghantammu dan menghempaskanmu dalam lubang hitam keputusasaan. Maaf, aku dulu nggak bisa menjadi orang yang bisa sepenuhnya menghiburmu, mendampingimu dan menyemangatimu untuk tetap bertahan. Tapi ketahuilah kalau aku benar-benar menyayangimu. Hanya saja aku nggak mampu melihat kamu yang terbaring dengan tubuh yang semakin kurus setiap harinya. Silakan sebut aku pecundang!

Memang, aku hanyalah seorang pengecut yang nggak bisa menerima kenyataan kehidupan.
Kamu orang yang baik. Pasti malaikat juga akan berbaik hati padamu dengan melindungimu. Sekarang, tersenyumlah… Aku ingin melihatmu tersenyum. Lesung pipit itu masih terukir jelas di benakku dan aku ingin mengingatnya sekali lagi. Hangatnya genggaman tanganmu yang penuh cinta… Aku juga masih merasakannya. Itu yang membuatku kuat sampai sekarang. Meskipun kamu jauh, kamu masih ada untukku. Terima kasih.

Aku rasa cukup sekian aku menyita waktumu dengan surat cinta nggak penting ini. Setidaknya, keinginanmu sudah terkabul kan? Terakhir yang ingin aku tuliskan, aku ingin menitipkan salam rindu padamu yang terkasih dan sebait doa agar kamu selalu bahagia di sana…
Love,
Aku yang pernah mencintaimu

Oleh @azaliaaf Sumber:  http://azalia-brontosaurus.tumblr.com

4 comments: