21 January 2013

Sahabat (Bukan Hanya) Pena


Bogor, Januari hari dua puluh, 2013
Teruntuk,
Raymond
yang penanya terlalu pintar menulis rasa dalam aksara.

Hai, kamu..
Saya sedang setengah tertidur di bangku bus pada kilometer kesekian Cipularang ketika notifikasi Twitter berbunyi. Ternyata, ada pesan dengan namamu tertera mengetuk tab mention saya. Seketika, kantuk yang semula begitu posesif memeluk mata saya langsung enyah begitu saja. Lalu, terbit sesuatu di bibir—senyum pertama saya hari itu. Terima kasih banyak untuk suratnya, Raymond. :’)

Menulis tentu saja sebuah hobi yang lebih dari hobi. Saya mungkin juga pernah sekali waktu bercerita pada kamu bahwa saya paling tidak betah melewati hari tanpa menulis. Jika belum menulis, mood saya seharian pasti berantakan. Padahal, mahir menulis pun saya belum. Hahaha.. Begitulah, memang cinta tak pernah masuk logika. Dan saya memang cinta menulis.

Hanya Tuhan yang tahu betapa saya bersyukur takdir kita bertabrakan di titik yang sama. Barangkali, kita adalah kesengajaan yang terlihat tak disengaja. Kita adalah sedikit dari pemberian Tuhan yang begitu saya syukuri, meski tanpa pernah saya minta sebelumnya. Jarak saya dengan kamu memang sejauh beberapa titik di atas peta, namun siapa sangka Tuhan mempertemukan dengan begitu mudahnya?
Saya yakin, ini bukan kebetulan. Saya yakin, ini sudah suratan.

Dunia saya juga semula tak pernah besar, Raymond. Saya hanya seseorang yang terlalu asyik dengan pikirannya sendiri. Hingga suatu saat saya mulai membuka diri, mulai berani menunjukkan ada orang lain yang ingin bicara di dalam saya—diri saya yang sebenarnya. Dan ternyata. Tuhan memudahkan jalannya. Kemudian, lewat serangkaian peristiwa beruntun, kita akhirnya bersua dalam kata-kata.
Terima kasih sudah membuka kesempatan bagi hidup saya yang tempo hari mengetuk pintu hidupmu, Raymond. :)

Saya tahu, pertemuan hanyalah jadi wacana jika kita tak pernah mengusahakannya. Namun lagi-lagi, kita butuh tangan Tuhan untuk membantu mewujudkan. Maka kosongkan jadwal di suatu hari selepas kelulusanmu, lalu hubungi saya. Barangkali Tuhan Yang Maha Baik akan mempersiapkan jalannya. Entah saya yang singgah di kotamu, entah kamu yang mampir di kota saya. Semua terserah Tuhan, saya cukup berdoa dan mengharapkan.
Semoga kita tak hanya henti sampai di sini ya, Raymond. Semoga relasi kita masih jauh hingga entah. Semoga rencana-rencana yang kita buat di bawah payung ‘bersama’ kelak di-iya-kan Tuhan. Semoga jalan menujunya dilancarkan. Aamiin. :’D

yang penanya terus ingin bersahabat denganmu,
Indri.
——————-
NB: Sesekali, ketika harimu sedang ditemani Adhitia Sofyan dan secangkir kopi, bukalah link ini —> http://www.rainymood.com/ Bukan hanya inspirasi, saya yakin kenangan juga menghujani puncak kepalamu itu. Biarkan saja mereka masuk, lalu tuliskan sesuatu tentang cinta. Barangkali, kamu akan menemu jawabannya. Sebab hingga sekarang, sayapun masih bingung apa itu cinta. Atau begini saja, lain kali, kita bisa bicarakan ini bersama. Di waktu dan tempat yang sama di masa depan—dalam sebuah pertemuan, bagaimana? :)

Oleh @idrchi kepada @raymnd
Diambil dari http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com

No comments:

Post a Comment