21 January 2013

Surat Yang Terlambat


Tanggal 20 Januari 2013 hampir berlalu, namun belum berlalu. Surat ini terlambat kubuat karena hari ini sedikit krodit. Semoga tidak mengurangi makna cinta dalam surat ini. Aku sebenarnya bingung, ingin menuliskannya pada siapa. Namun kebetulan, saat aku menuliskan surat ini, smsmu tiba-tiba saja datang. Jadi aku putuskan untuk menuliskan surat cinta hari ketujuh dalam 30 Hari Menulis Surat Cinta ini untukmu.

Kau, seorang gadis berusia 23 tahun.
Aku juga 23 tahun.
Sebenarnya umur 23 tahun sudah tidak bisa disebut sebagai gadis lagi—karena mereka tentu mengasosiasikan kata gadis dengan perempuan kecil yang lugu, selalu tersenyum ceria, atau apa yang mereka bilang abege—setidaknya begitu menurut mereka.
23 tahun, merupakan usia yang pantas bagi seorang perempuan untuk memulai kehidupan rumah tangganya. Ibuku bahkan menikah pada usia 20 tahun. Namun ibuku juga mengatakan, setiap orang punya tahap perkembangannya masing-masing, yang tak bisa dipaksakan.
Beliau selalu memaklumi aku yang sudah berusia 23 tahun ini yang kadang mempunyai sikap kekanakan yang menyusahkan orang lain, namun entah bagaimana sebagian kecil orang lain malah mencintai sikapku dan senyumku yang katanya mirip anak-anak itu.

Kau, seorang gadis berusia 23 tahun.
Ingin segera membangun rumah tanggamu sendiri.
Menjadi ibu rumah tangga yang baik, bagi sebagian wanita itu adalah kodrat. Bagi sebagian wanita lain, adalah impian.
Aku tahu dan sangat paham akan mimpimu, dan dulu, mungkin aku termasuk salah seorang yang menyangsikan impianmu menjadi seorang ibu rumah tangga. Semua itu karena latar belakang kehidupanku. Aku dibesarkan di lingkungan masyarakat hukum adat Bali, dimana perempuan Bali, terbiasa bekerja keras. Di Bali, ada tukang bangunan yang berjenis kelamin perempuan. Ibuku bilang, seorang perempuan Bali hidup dalam banyak dimensi peran sebagai perempuan, namun maaf, aku tak bisa mengingat secara pasti apa itu. Jika tak salah dimensi itu antara lain adalah keluarga, sosial, keagamaan, ekonomi. Dan dalam kenyataannya, aku memang sering melihat seperti itu. Aku yang dari kecil terbiasa melihat pemandangan seperti itu, aku dulu termasuk orang yang menyangsikan cita-citamu.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku semakin paham bahwa di dunia ini sesungguhnya tak ada yang mutlak. Segala hal itu relatif. Terutama yang berkaitan dengan nilai.
Semakin lama, aku semakin mengerti bahwa sesuatu tidak melulu hanya apa yang tampak, banyak hal yang melatarbelakanginya. Apapun pilihannya, sesungguhnya, tak ada yang salah. Hanya masalah pandangan hidup saja. Setiap orang bebas memiliki dan mengejar mimpi mereka sendiri dan bebas memilih apa yang menjadi prioritas hidup karena bagi setiap orang itu berbeda. Semua itu relatif. Benar atau salah, baik atau buruk, berhasil atau gagal, semuanya dapat dipandang dari sudut pandang yang berbeda.

Kau, seorang gadis berusia 23 tahun.
Akan segera menjadi seorang istri bagi suamimu dan ibu bagi anak-anakmu.
Semoga bisa menjadi orang yang lebih kuat lagi. Saat ini aku tak tahu apa yang sedang kau hadapi, seberapa banyak air mata yang telah kau teteskan, namun satu hal yang harus kau lakukan adalah bertahan demi apa yang kau impikan, apapun itu. Kitalah yang tahu apa yang kita inginkan, apa yang kita lakukan, apa yang dapat membuat kita bahagia. Pada akhirnya, hati kita yang menilai hidup kita. Karena bahagia datangnya dari hidup kita, bukan dari apa kata mereka.

Untuk seorang gadis berusia 23 tahun yang akan segera menjadi ibu rumah tangga.

Dariku

Oleh @kriandianti
Diambil dari http://kriandianti.tumblr.com

No comments:

Post a Comment