21 January 2013

Dari Seorang Penakut


Sejenak, tadi malam aku berpikir sebelum tidur. Selain tentunya memikirkanmu, seperti sudah selayaknya dan sepatutnya terjadi di tiap malamku, aku terpikir tentang itu, rasa takut. Takut ini terkadang menghinggapi, tapi terkadang dengan sedikit sentuhan magis, maka semua ketakutan itu hilang.

Pernah kudengar, bahwa orang yang hebat adalah yang tak kenal takut. Menerjang segalanya, tanpa rasa, tanpa apapun, terjang! Hebatkah? Mungkin juga. Kisah epos kepahlawanan yang tanpa takut apapun menerjang segala musuhnya dan menang. Sebuah kisah dewa, tanpa perasaan.

Tapi, itu dewa, superstitious deity with no-feelings. Bukan! Bukan mereka. Aku adalah onggok daging yang masih dipengaruhi perasaan, perasaan takut. Seperti yang telah sering kuceritakan padamu, aku benci kecoa, apalagi kecoa yang terbang. Ketika sudah terbang, maka ketakutan yang menghinggapi.  Tak hanya itu, masih banyak lain. Banyak hal yang aku takuti karena akan mengurangi "keutuhan"-ku. Hobbes pernah bercerita mengenai rasa takut ini, yang membuat orang selalu berjaga-jaga.

Hobbes mengatakan,"Hobbesian Fear", tentang cerita manusia yang selalu "aware" dengan kondisi di sekitarnya karena semuanya dapat menjadi ancaman terhadap eksistensi kemanusiaannya, keutuhannya. Banyak hal yang mengancam kehidupan kita. Mengancam "kewarasan" kita.

Aku bukan seorang yang sangat percaya pada Hobbes, bukan seorang yang percaya konsep Leviathan Hobbes pada sistem politik, ataupun amoralitas dalam filsafat politik. Tapi ada yang benar di sini, bahwa "ketakutan" adalah sesuatu yang nyata dan mendorong orang untuk melakukan sesuatu dan mencegah skenario terburuknya terjadi.

Lalu? Aku? Ya, aku dipengaruhi rasa takut itu. Aku takut kemanusiaanku hilang, aku takut keutuhanku pergi, aku takut menjadi tidak aman, aku takut atas berbagai hal, aku takut kehilangan, termasuk kehilangan dirimu.

Oleh @heykishino
Diambil dari http://heynino.blogspot.com

No comments:

Post a Comment