Kebiasaanku terhenti. Menikmati langit senja bertemankan segelas kafein dan sebungkus nikotin tak lagi bisa kulakukan, padahal aku sangat merindukannya. Aku selalu terbangun dipagi hari, dengan harapan aku tak melewatkan sedikit pun dari keindahan senja. Sekarang semuanya terasa hampa, tak ada lagi yang bisa aku nikmati. Pikiranku kacau, aku butuh kebiasaanku kembali. Tuhan, tolong dengar do'a anakmu ini.
Sekarang aku selalu menutup hari lebih cepat dari biasanya, dengan harapan keesokkan harinya langit senja mau menunjukan kelembutan dan keindahannya. Tak lupa sebelum menutup hari, aku memanjatkan do'a untuk cuaca esok hari. Lucu memang melihat bagaimana aku sudah lupa cara mendoakan orang yang aku sayangi sampai-sampai langit senja yang harus aku doakan. Tapi memang saat ini, tak ada yang lebih aku sayangi daripada langit senja. Aku rela membayar lebih untuk melihat senyum langit senja seperti biasanya dibanding harus berbagi luka untuk sekedar melihat senyum penuh artimu.
Teruntuk sosok yang aku rindukan,
Langit Senja.
Ditulis oleh : @GiovanniEldi
Diambil dari http://giovannieldi.blogspot.com
No comments:
Post a Comment